YOGYAKARTA, KabarKampus – Semakin berkembangnya teknologi membuat perubahan-perubahan di dalam dunia Public Relations (PR). Saat ini, paras menawan saja tidak lah cukup bagi seorang PR, mereka dituntut untuk menghadapi tantangan baru di era digital.
Hal ini disampaikan, Indra Abhimanyu, Marketing Communications Marriott Hotel Yogyakarta. Ia mengungkapkan, terdapat empat trends di tahun 2018 yang harus ditaklukkan oleh seorang PR.
Pertama personal branding, perusahaan berinvestasi dengan merekrut orang-orang hebat yang bisa memajukan bisnisnya. Maka dari itu PR merupakan ambassador perusahaan atau produk yang ditawarkan, sehingga PR harus bisa mempackaging dan memposisikan dirinya secara benar, baik di lingkungan pekerjaan maupun tempat tinggalnya.
“PR harus bisa membranding diri sendiri, Kalau saya melakukan branding diri sendiri selain di media sosial yang aktif justru di Linkedin karena jaringannya lebih ke professional place, sehingga sekali saya upload itu yang lihat banyak dan mereka sejalan dengan pekerjaan saya” tuturnya saat menyampaikan materi dalam workshop ‘The Age of Viral: How to be Creative PR in Digital Era’ di Afternine Grill and Chil, Sabtu (24/03/2018).
Kemudian, kedua adalah content is king. Menurut Indra, di era digital seperti saat ini konten menjadi kunci dalam menyajikan suatu informasi. Konten kini harus disuguhkan dengan sentuhan visual seperti foto dan video.
Konsep yang dibuat pun, menurutnya, harus relevan dengan produk yang ditawarkan. sSehingga jika restoran, maka konten yang disuguhkan lebih ke makanan-makanannya.
Selain itu, konten sesekali juga harus mampu memainkan emosi khalayak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat video yang menyentuh hati orang.
“Misalnya bikin video momen khusus, kalau pas hari ibu maka bikin video anak-anaknya lagi masak buat ibunya,” imbuhnya dalam kegiatan yang diselenggarakan Perhumas Muda Yogyakarta tersebut.
Ketiga adalah ad dollars will move to influencer marketing. Dahulu, tambah Indra perusahaan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk memasang iklan di majalah maupun koran. Namun saat ini hal tersebut jarang terjadi karena lebih menyasar ke ranah digital, meskipun sesekali juga masih diperlukan. Kini aliran dana pun lebih digunakan untuk promosi dengan menggandeng influencer.
“Mau promosi tentang hotel masih butuh baliho, masih butuh koran tetapi saat ini lebih banyak tracking lewat digital, kolaborasi dengan influencer,” tambahnya.
Keempat adalah set goals. Menurutnya, seorang PR harus menentukan target dari program-program yang dibuat. Jangan sampai setelah mengeluarkan biaya dan tenaga untuk menjalankan agenda tersebut ternyata tidak ada keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan.
“Jadi kita harus tau set goalnya, misalnya beberapat banyak followers baru di akun perusaahan atau kalau hotel berapa banyak yang ngebooking di hotel. Kalau di pendidikan ya misalnya bikin campaign untuk kampus maka goalsnya mendapatkan mahasiswa baru lebih banyak,” papar Indra.
Kegiatan workshop ini digelar oleh Perhumas Muda Yogyakarta. kegiatan ini salah satu upaya dalam mewujudkan #IndonesiaBicaraBaik.[]