BANDUNG, KabarKampus – Sebanyak 25 orang yang tertangkap sebagai joki psikotes penerimaan mahasiswa baru di Fakultas Kedoteran Unisba diduga kuat sebagai jaringan sindikat joki di Indonesia. Hal tersebut terungkap dari sejumlah bukti yang diperoleh Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Unisba dari para pelaku.
Ir. A Harits Nu’man MT. Ph D, Wakil Rektor I Unisba mengungkapkan, saat ini mereka telah menyerahkan empat dari 25 joki kepada Polrestabes Bandung. Penyerahan empat orang tersebut disertai barang bukti 58 percakapan dan 72 foto yang mengindikasikan mereka adalah joki di Unisba.
“Di dalam transksrif itu secara tegas pelaku mempersiapkan psikotes yang ada di unisba. Bahkan sudah memesan jauh lebih awal dan mereka berangkat dari dua tempat. Ada yang dari Purwokerto dan ada yang dikoordinir dari wilayah Jakarta,” kata Harits dalam konferensi pers di Kampus Unisba Bandung, Rabu, (23/05/2018).
Dari barang bukti yang mereka peroleh, Harits menduga para pelaku joki adalah jaringan sindikat joki di Indonesia. Karena di dalam handpone mereka ada dua grup yang dikoordinir oleh MR dan IDR yang bernama Grup Kerjaan dan Unisba Gelombang II.
“Kenapa saya katakan sindikat, karena dalam transkrip tersebut disebut berinisial IDR yang memberikan arahan dalam menjawab soal-soal,” katanya.
Sementara koordinator lain yakni MR yang membuat grup mengarahkan transportasi menuju bandung, lokasi kumpul, hingga mengatur pakaian pelaku joki. Bahkan empat pelaku yang tertangkap awalnya mengaku sebagai anak SMA, itupun diarahkan oleh koordinator grup.
Selanjutnya tambah Harits, dari hasil interograsi juga, para pelaku joki ini menginap di salah satu hotel di Cihampelas, Bandung. Ada sebanyak 10 kamar yang mereka tempati. Satu kamarnya diisi oleh sebanyak tiga orang.
“Selain itu dalam percakapan di grup kerjaan koordinatornya bilang, hati hati di Bandung, jangan sembarangan ngomong ketika di bandung, karena kita akan ketemua 30 orang lainnya,” ungkap Harits.
Modus yang sama
Sementara itu, Indri Utami Sumaryanti, Koordinator Psikotes PMB Unisba mengatakan, hampir semua joki yang mereka temukan memiliki modus yang sama. Saat ditanya kartu tanda panduduk, mereka tidak bisa memberikannya.
“Mereka justru menyerahkan satu map lengkap foto kopi kartu keluarga, akte kelahiran, keterangan sudah lulus, dan rapor SMA,” kata Indri.
Selain itu, Indri juga banyak mendapati pelaku joki membawa surat dari Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil dengan alamat palsu. Salah satunya memberikan surat dari Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil dari Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan sebagai penganti E-KTP.
“Waktu itu saya curiga, akhirnya saya minta staf untuk googling, apakah, Disdukcapil formatnya sama seperti yang dimiliki peserta tersebut. Namun setelah dikonfirmasi, alamat kantor Disdukcapil dan nama pejabat yang menandatanganinya berbeda. Dan akhirnya saya minta dia keluar,” jelas Indiri.
Menurut Indri, modus seperti ini banyak. Rata-rata bukan di Ibu Kota. Pihaknya mendapatkan mereka diantaranya membawa surat dari Karawang, Tasik Malaya dan Purwakarta. Selain itu foto pada surat keterangan Disdukcapil, fotonya menggunakan foto joki, namun identitasnya adalah peserta ujian.
“Ini sudah jelas saya pulangin,” terang Indri.
Shock Terapi Bagi Joki
Terungkapnya sebanyak 25 orang joki dalam ujian psikotes penerimaan mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Unisba nampaknya memberikan efek jera bagi para joki. Buktinya pada ujian psikotes keesok harinya sebanyak 100 bangku kosong.
“Sebagai informasi dari shock terapi yang kami berikan. Setelah hari sabtu tersebut, pada hari keduanya sebanyak 100 orang tidak ikut ujian,” terang Harits.[]