BANDUNG, KabarKampus – Perkembangan teknologi komputer tak hanya merambah dunia industri, namun juga dunia pertanian. Salah satunya merambah petani tomat dan timun di dataran tinggi, Kecamatan Pengalengan, Bandung.
Adalah Nurdira Farm yang menerapkannya. Kelompok tani di Pengalengan ini menggunakan teknologi greenhouse dan memanfaatkan komputer untuk mengontrol pertaniannya.
Edi Sugiyanto, Marketing Direktor Nudira Farm menjelaskan, mereka memanfaatkan, green house lengkap dengan sarana penunjangnya. Mulai dari menanam tomat beef, tomat cherry dan baby cucumber.
“Pertanaman dikendalikan dengan komputer” ujar Marketing Direktor Nudira Farm,” ungkapnya.
Edi menjelaskan green house dengan besar 2.600 m2 ini sudah dilengkapi alat pengatur suhu, kelembaban, CO2, pencahayaan, sirkulasi udara. Bahkan nutrisi untuk tanaman disalurkan dengan pipa pipa irigasi tetes dan semuanya termasuk perkembangan tanaman tiap hari dipantau dan dikendalikan komputer yang ada di ruang kontrol.
“Produk yang dihasilaknnya segar, non pestisida. Benihnya sebagian diproduksi sendiri dan sebagian impor dari Belanda. Kualitas bagus, bahkan tingkat brix tomat cherry dapat kita atur sesuai permintaan konsumen, kisaran 9-12 brix. Ini jauh lebih manis dari pada tomat beef,” jelas Edi.
Menurutnya, investasi untuk 2.600 m2 green house membutuhkan biaya Rp 1,5 juta per m2. Biaya pokok produksi untuk kedua jenis tomat ini ( beef dan cherry –red) sebesar Rp 4.200 per kg, produksinya mencapai 12 kg per pohon tomat beef dan 48 kg per pohon tomat cherry.
“Harga di petani Rp 22.500 perkg. Jauh lebih untung daripada menanam tomat biasa. Kemudian untuk baby cucumber biaya produksi Rp 2.100 perkg dan harga jual Rp 22.500 perkg, cukup efisien dan harga jual lebih tinggi,” jelas dia.
Namun menurutnya, dari membandingkannya dengan harga jual tomat biasa Rp 12.000 per kg dan biaya mencapai Rp 7.000 per kg. Selanjutnya mentimun harga jual Rp 6.000 per kg dengan biaya Rp 3.000 per kg,” sambung Edi.
“Pasar tidak ada masalah, demand tinggi, permintaan mencapai 200 ton lebih, kami baru sanggup memasok 109 ton pertahun,” pinta dia.
Suwandi, Direktur Jenderal Holtikultura, Kementerian Pertanian saat mengunjungi Nurdira Farm mengatakan, komoditas hortikultura termasuk sayuran ini, investasi per hektarnya tinggi dan returnnya jauh lebih tinggi lagi. Akan tetapi, dengan green house ini salah satu contoh budidaya tomat dan timun dengan high technology.
“Mulai dari hulu, onfarm dan hilir didukung dengan komputerisasi. Pasar pun sudsh bermitra dengan tiga trader dan masuk ke supetmarket, hotel dan restoran,” ujarnya, Jumat, (15/03/2019)
Oleh karena itu, Suwandi menegaskan pola-pola dengan teknologi ini akan menjadi tren dan favorit di masa depan khususnya bagi generasi muda yakni petani milenial. Produknya disesuaikan selera pasar.
“Bertani tidak perlu becek becek di sawah. Budidaya sejenis ini diminati petani milenial kita,” pungkasnya.[]