Imanha
Pada suatu hari, pencak silat pernah menjadi olahraga atau kesenian yang ramai dibicarakan masyarakat dan viral jagat maya. Adalah atlet Hanifan Yudani Kusumah yang bikin Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto berpelukan ketika final Asian Games 2018 silam.
Saat itu, Jokowi dan Prabowo masih menjadi rival politik dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres). Sekarang enggak ada lagi rivalitas karena Pilpres sendiri sudah usai, Jokowi dan Prabowo pun kini dalam satu kubu.
Tapi di luar politik-politikan, pencak silat sebagaimana olahraga umumnya sukses menyatukan perbedaan. Nah, ngomong-ngomong pencak silat, di selatan Bandung ada perguruan pencak silat yang sudah berlangsung turun-temurun.
Perguruan silat ini tidak ada hubungannya dengan atlet yang memeluk Jokowi dan Prabowo, tetapi sama-sama pencak silat yang berangkat dari seni tradisi. Nama perguruan Pusaka Rama, berdiri di Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung yang jaraknya sekitar 3 jam dari Kota Bandung.
Saat ini, Pusaka Rama dipimpin guru muda Jajat Sudrajat. Pria berusia 36 tahun ini mewarisi perguruan silatnya dari buyutnya, lalu turun ke kakek, kemudian ke ayahnya sebelum akhirnya kini dikelola Jajat.
Jumlah murid di Pusaka Rama tidak terlalu banyak, yakni 30 orang, itu pun tersebar di lima perguruan cabang Pusaka Rama di Kemacatan Rancabali dan Ciwidey. Usia muridnya antara anak-anak SMP sampai ibu-ibu. Meski jumlah muridnya sedikit, bukan berarti peminat silat di Pusaka Rama menurun. Karena jumlahnya rata-rata segitu setiap angkatannya.
“Sebenarnya respons masyarakat (peminat) pada pencak silat stabil. Tiap tahun seperti itu, tidak kurang tidak lebih,” kata Jajat, saat berbincang dengan kabarkampus, di Kabupaten Bandung, Selasa (29/10/2019).
Murid-murid Pusaka Rama sering mengikuti pasanggiri atau kompetisi resmi pencak silat tingkat desa, kecamatan, dan seterusnya. Dengan harapan, dari perguruan ini bisa lahir atlet silat yang tembus kompetisi nasional, bahkan prestasinya bisa menyamai Hanifan Yudani Kusumah yang meraih medali emas pada Asian Games 2018.
Tetapi prestasi bukanlah tujuan utama perguruan Pusaka Rama. Jajat bilang, dirinya melanjutkan perguruan dari kakek buyutnya karena ingin melestarikan warisan leluhur agar tetap lestari. Karena ada hal lain juga yang didapat selama melakoni pencak silat.
Pencak silat adalah olahraga yang bikin tubuh sehat. Hal ini dirasakan pula oleh murid-muridnya terutama ibu-ibu. Sebab seperti diketahui, ibu-ibu biasanya banyak memiliki masalah dengan berat badan. Dengan ikut pencak silat, mereka bisa membakar lemak. Bahkan Jajat mengakui jarang sakit selama bergelut di dunia persilatan.
Keuntungan lain dari pencak silat adalah menjadi media silaturahmi. Jajat menjelaskan, silaturahmi lewat pencak silat justru menjadi hal mendasar yang diamanatkan nenek moyang. Silaturahmi atau sosialisasi merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk sosial. Ini dirasakan betul oleh Jajat selama mengelola perguruan silatnya.
“Sepuh dulu bikin pencak silat untuk silaturahmi bukan untuk ujub atau kejuaraan. Dengan silaturahmi kita jadi banyak saudara,” kata Jajat.
Di masa lalu, pencak silat menjadi media perjuangan. Perguruan pencak silat menjadi kamuflase dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Jajat bercerita, pejuang terdahulu bersembunyi dari penjajah di perguruan-perguruan pencak silat dan kelompok-kelompok seni tradisi lainnya. Tentara Belanda tidak curiga pada kelompok-kelompok kesenian tradisional yang menyembunyikan para pejuang.
Dari cerita leluhurnya itu, Jajat melihat ada praktik silaturahmi antara pejuang dan para pesilat. Sebab itulah ia tidak ingin menghilangkan fungsi pencak silat sebagai media silaturahmi. Perguruan pencak silat Pusaka Rama menjalin hubungan baik dengan perguruan atau paguyuban silat di Bandung Raya.
Selain itu, pencak silat juga sumber penghidupan bagi Jajat dan anak istrinya. Pria yang belajar silat sejak usia 16 tahun itu sudah lama menekuni usaha pembuatan pakaian pangsi, setelan hitam-hitam yang menjadi kostum atlet pencak silat. Pakaian pangsi ini dijual ke Bandung dan sekitarnya. “Alhamdulillah dari pencak silat dan jualan baju silat saya bisa menghidupi keluarga,” ujar Jajat.[]