BANDARLAMPUNG, Kabarkampus – Ancaman teror kembali dialami Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung (Unila). Mereka diteror karena berencana menggelar diskusi bertajuk “Deskriminasi Rasial terhadap Papua” yang bakal digelar Kamis, (11/06/2020) pada pukul 19.00 WIB.
Diskusi tersebut rencananya menghadirkan sejumlah pembicara yaitu John Gobal, Ketua Aliansi Mahasiswa Papua, Surya Anta Ginting, Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua, Tantowi Anwari, dan Serikat Jurnalisme Untuk Keberagaman (Sejuk). Diskusi ini dimoderatori oleh Mitha Setiani Asih, Pemimpin Redaksi Teknokra.
Dalam laporan yang ditulis Mitha, mereka mendapatkan rentetan intimidasi karena menyelenggarakan diskusi tersebut. Mulai dari ancaman via telepon hingga tiba-tiba pesanan makanan dari ojek online datang berkali-kali ke Grha Kemahasiswaan Unila, padahal mereka tidak memesan makanan tersebut.
Peristiwa teror pertama-tama dialami Chairul Rahman Arif (Pemimpin Umum Teknokra) pada hari Rabu, (10/06/2020). Ia sebanyak delapan kali menerima panggilan lewat gawainnya dari seseorang yang mengaku sebagai alumni Unila meminta agar diskusi tersebut dihentikan.
Kemudian, Chairul diminta Prof Yulianto, Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Alumni Unila, untuk menunda diskusi tersebut, karena pihak kampus telah dihubungi oleh Badan Intelijen Negara (BIN). Hingga akhir akhirnya berdasarkan masukan Yulianto dan dewan pembina Teknokra, mereka menyepakati untuk menambah narasumber dari akademisi.
Selain itu, selepas azan Isya, Mitha tiba-tiba mendapatkan telepon dan chat dari banyak driver ojek online. Para driver tersebut menanyakan pesanan dari aku daring Mitha.
Namun ketika Mitha berupaya untuk mengonfirmasi bahwa ia tidak memesan makanan tersebut, tiba-tiba, dua driver ojek daring telah sampai mengantarkan makanan ke depan Grha Kemahasiswaan Unila. Konfirmasi dari driver gojek atas pesanan makanan dari Mitha pun terus berlanjut ke telepon Mitha, begitu juga dengan ojek pengantar makanan lainnya terus berdatangan ke Grha Kemahasiswaan Unila.
Melihat situasi Sekretariat UKPM Teknokra di Grha Kemahasiswaan sudah tidak aman. Kru Teknokra, mengamankan diri ke rumah yang aman. Barang-barang sekret kamera dan handycame turut dibawa. Mereka dibantu Silviana alumni Teknokra untuk diantarkan ke rumah aman.
Tak hanya itu saja lanjut Mitha, meski telah mengamankan diri, handphone Chairul juga masih terus mendapat ancaman. Bahkan mengirimkan data-data identitas lengkap Irul dan orangtuanya bersama foto yang persis di KTP.
Kemudian, para peneror juga mulai meretas akun-akun media sosial UKPM Teknokra, Facebook dan Yahoo. Para peneror juga sempat salah sasaran malah meretas akun IG Lembaga Pers Mahasiswa Teknokrat Tv bukan Teknokra Unila. Selanjutnya, peneror mulai meretas akun media sosial Mitha dan alumni Teknokra Khorik Istiana yang menghapus seluruh thread twiitternya.
Menurut Mitha, tindakan intervensi tersebut harus dikecam bersama-sama, karena kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat sebagai warga Indonesia telah dibatasi. Mereka telah membungkam suara dengan menakut-nakuti lewat jalan kotor, meretas, mengancam, dan merugikan pihak driver ojek online.
“Kejadian ini bisa menimpa kita semua jika kita tetap diam. Boleh tidak suka dengan isinya, tetapi tidak dengan membungkam kebebasan berpendapat dan berekspresi sejak Sekolah Dasar kita sudah sepakat bahwa Semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Papua adalah bagian dari Indonesia. Menghargai keberagaman dan mencintai keunikan masing-masing itu Indonesia,” tulis Mitha melalui laman Teknokra.[]