——————————–
KE ARAH BALKON
——————————–
Karya Goenawan Mohamad
Pertanyaan terbesarnya: Apa yang akan terjadi ketika kita mulai menyadari semua citra personal yang kita puja, imajinasi tentang keagungan itu, sama konyolnya dengan sosok Don Quixote yang merasa bertarung dengan seekor naga–padahal hanya kincir angin di tepian sebuah desa? Apa yang akan terjadi ketika kita menyadari misteri hanyalah sebuah ilusi? Apa yang akan terjadi ketika harapan–mimpi indah itu–telah tak ada lagi? Mungkin semua ini sia-sia–sebuah kegilaan yang tercipta karena kita berharap ada yang tak sia-sia–dan kita bisa terus-menerus meratap karena telah dilemparkan dari surga. Mungkin kita bisa tertawa, menertawakan sekian abad kekonyolan pikiran manusia, dan terus melanjutkan hidup kita dengan keriangan seorang pemula: “Begitulah, di sini, kita bisa berbahagia.”
Bersambung ke halaman selanjutnya –>