Koperasi Bertahan dan Berkembang?
Anca Voinea (Maret 2020) menuliskan dalam sebuah artikel bahwa dalam buku terbarunya, ekonom pemenang hadiah Nobel Joseph Stiglitz menjelaskan betapa sedikit perusahaan yang mendominasi seluruh sektor, sementara yang lain menghasilkan keuntungan melalui eksploitasi daripada melalui penciptaan kekayaan. Visinya tentang “kapitalisme progresif” termasuk mengeksploitasi manfaat pasar sambil memastikan bahwa pasar bekerja untuk semua orang, tidak seberapa. Dengan ketimpangan pendapatan yang kemungkinan akan terus meningkat di negara-negara ekonomi paling maju di seluruh dunia, kapitalisme pasar bebas akan semakin diperebutkan, meninggalkan ruang untuk pendekatan ekonomi sosial dan solidaritas. Meskipun mereka tidak memegang jawaban untuk semua masalah dunia, koperasi pasti dapat berkontribusi untuk solusi tersebut. Alasan inilah yang mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyoroti peran koperasi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Menurut Elfindri (2020), seorang Profesor Ekonomi dan Guru Besar Manajemen Sumber Daya Manusia dari Universitas Andalas kepada Penulis secara pribadi sembari sarapan dan ngopi di teras rumah beliau, “berkoperasi itu hanya akan sukses ketika semua anggotanya memiliki kesadaran dan kedisiplinan”. Untuk itu, maka perlu terus ada edukasi bagi para Anggota koperasi misalnya melalui diskusi rutin internal dan pelatihan yang dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran, dan perlu adanya aturan main misalnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD &ART) koperasi. Dalam sebuah diskusi internal yang hanya boleh diikuti para Anggota di Koperasi Mandiri Dan Merdeka (KMDM) di mana saya sebagai Ketuanya, Bang Fin, begitu saya memanggil beliau, menyampaikan bahwa “setiap (unit usaha) koperasi harus dikelola dengan fokus dan sepenuhnya (focus and full), untuk menghasilkan sesuatu yang unggul”.
Koperasi yang selama ini dipahami sebagai entitas ekonomi, sosial, dan budaya, ke depan akan semakin eksis untuk dipahami juga sebagai entitas politik. Tentu saja jika mampu bertahan dan berkembang ketika krisis akibat pandemi: mulai dari krisis kesehatan sampai ke krisis ekonomi. Apalagi ketika koperasi bahkan mampu menahan untuk tidak berkembang menjadi krisis sosial. Koperasi yang sehat dan kuat adalah sebuah penginstitusionalisasian atau pelembagaan kekuatan sosial dari produksi baik secara ekonomi, sosial, budaya, bahkan ideologi politik. Membangun koperasi tidak lagi harus menunggu tua, semakin muda dengan ide-ide/gagasan-gagasan, memulai dengan kapabilitas material seadanyapun, dan yang paling penting segera berkoperasi dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan dan berprinsip pada solidaritas, bekerja sama, penuh kesadaran, mampu bersisiplin, fokus dan sepenuhnya bekerja sama, maka akan menciptakan keunggulan. Sebagai penutup, keunggulan berkoperasi tidak hanya sekedar pragmatisme dalam menghadapi krisis secara teknis, namun juga perwujudan dari idealisme untuk melampaui kapitalisme global yang secara nyata telah gagal memberdayakan bahkan memanusiakan manusia!
***
Penulis: Virtuous Setyaka, Pendiri dan Ketua Koperasi Mandiri Dan Merdeka (KMDM) – Indonesia; Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Andalas – Padang; Mahasiswa Doktoral HI, FISIP, Universitas Padjdjaran – Bandung; dan Mentor Geostrategy Study Club (GSC) – Indonesia.
Sumber Bacaan:
https://www.mondragon-corporation.com/en/about-us/
https://www.mondragon-corporation.com/wp-content/uploads/2017/MONDRAGON-ING.pdf
https://www.cicopa.coop/category/about/