Dengan penjabaran di atas, dapatlah kita pahami bahwa di Minangkabau terdapat dua cara dalam penyelesaian masalah, yaitu otokrasi dan demokrasi. Saat sistem tersebut diadaptasi ke masa sekarang, ada beberapa faktor yang memengaruhi bagaimana sebuah keputusan diambil dengan cara otokrasi atau demokrasi. Dinilai dari segi efektivitas misalnya, apabila didesak dengan waktu yang sangat amat singkat, maka otokrasi bisa menjadi solusi. Namun apabila sebuah masalah harus didengar dan diketahui orang banyak, bersifat transparan karena menyinggung kemaslahatan bersama, maka cara terbaik adalah dengan diadakannya demokrasi berupa musyawarah dan mufakat.
Hal inilah yang disebut “Tagangnyo Bajelo-jelo, Kanduanyo Badantiang-dantiang”, maksudnyaadalah ketika pengambilan keputusan dalam sebuah permasalahan haruslah fleksibel, tidak terpaku hanya dengan satu jalan solusi. Pun dengan pemimpin yang dituakan dan dimintai betul kedewasaannya dalam menyelesaikan permasalahan, beliau haruslah orang yang arif dan bijaksana, memahami setiap unsur dalam permasalahan, dewasa dalam berfikir dan bertindak,
“Ingek di rantiang ka mancucuak, tau di dahan nan maimpok” pandai mengukur tindakan dan keputusannya, keputusan yang diambil tidak mencelakai diri sendiri atau orang banyak.
Hal inilah yang harus dipegang teguh oleh para kaum muda Minangkabau, mereka harus paham tentang kapasitas diri, di mana harus mengambil peran dalam sebuah masalah, juga bagaimana mereka menyerahkan permasalahan tadi kepada orang yang lebih paham. Tidak melulu harus serta merta eksis sementara permasalahan yang ada bukanlah ranah bagi mereka. Ini yangdisebut “Alua, patuik, jo mungkin” atau memposisikan sesuatu berdasarkan tempat dankegunaannya. Pandai dalam menilai diri, pandai mengukur keterbatasan, pandai mengontrol emosi, dan mampu menempatkan sifat kritis pada jalan yang tepat, sehingga kehadiran dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang ada memang dibutuhkan dan mempercepat masalah tadi menjadi reda, bukan menjadikannya bertambah runyam.
*Penulis adalah mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Andalas.