More

    Mencermati Makna Simbolik Pertemuan Bilateral Jokowi-Raesi di Bogor

    Dikisahkan pada naskah Nagara Kertabhumi dan sumber Portugis mengisahkan bahwa Pangeran Surawisesa pernah mendapat mandat dari ayahnya untuk menghubungi Alfonso d’Albuquerque seorang Laksamana Bunker di Malaka. Ia pun sebisa mungkin menjalankan amanah tersebut dengan pergi dua kali ke Malaka, dan memperkuat perjanjian kerjasama bilateral ke dua negara.

    Dalam ruang sosial kemasyarakan di dalam wilayah kerajaan, Islam telah berkembang di tengah masyarakat, dan banyak dianut oleh rakyatnya, bahkan salah seorang istrinya adalah seorang muslimah yang taat. Raja mulai memandang bahwa faktor internal justeru akan menjadi sumber ketegangan kelanjutan kerajaan, sehingga dia harus mengelola konflik sedemikian rupa agar masa depan kerajaan tidak berakhir sebagaimana halnya Majapahit. Tercatat dalam sejarah dan berbagai prasasti, dimasa Sri Baduga Maharaja inilah konflik internal, perang saudara dan perang perbatasan dan wilayah dengan kerajaan lain tidak pernah terjadi, masa Sri Baduga Maharaja adalah masa damai yang banyak penulis sejarah menyebutnya sebagai masa keemasan Pakuan Pajajaran. Namun dimasa penerus Sri Baduga Maharaja, yakni Prabu Surawisesa konflik internal antar Pajajaran dan Banten, Pajajaran dan Cirebon menghebat, sejarah mencatat 14 kali pertempuran yang sama-sama antar kekuatan tidak ada yang menang dan kalah salah satunya.

    Semangat Ibu Kota Pakuan, dalam konteks kekinian.

    - Advertisement -

    Pakuan Pajajaran yang dalam catatan sejarah Tomi Pires dari Portugis adalah Kota Bogor saat ini, adalah ibukota pemerintahan kerjaan Pajajaran, dimana hampir semua wilayah Jawa Barat saat ini dan sebagian wilayah Jawa Tengah diperintah, Pakuan telah menjadi pijakan cita-cita persatuan, pembangunan, kemakmuran, kesejahteraan dan harmoni masyarakat terus berkembang dari masa ke masa. Bahkan dimasa kolonial, Bogor yang dinamakan Buitenzorg saat itu, artinya kampung aman “tanpa kekhawatiran”, para penguasa kolonial Belanda – Perancis – Inggris yang saling bergantian karena perjanjian para penguasa eropa yang bancakan hasil perang Napoleon, Penguasa Hindia saat itu saat itu “Sir Thomas Stanford Raffles” menjadikan Pakuan sebagai kota khusus yang sangat aman, dengan dibangunnya “Istana Bogor”, maka sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris, yang terletakdi tengah-tengah Taman Hutan (Hutan Raya Bogor) yang banyak orang meyakininya sebagai Hutan Larangan Sri Baduga Maharaja. Dalam pertemuan Kepala negara Indonesia – AS 2006 misalkan, Presiden Indonesia saat itu, Soesilo Bambang Yudhoyono mengundang Presiden AS, George Walker Bush ke Indonesia dan menyambutnya kedatangannya di Istana Bogor sebagai tamu kenegaraan. 

    Kota Bogor yang berjarak lebih kurang 45 Km dari Ibu Kota Negara Jakarta saat ini, memang menjadi kota yang mudah dijangkau, melalui Jalan Tol Jagorawi, jarak kota ini menjadi sangat singkat waktu perjalanannya yakni 30 – 40 menit dari Jakarta. Istana Bogor menjadi salah satu istana kepresidenan resmi bagi kepala negara untuk beristirahat dan tempat yang sangat nyaman untuk menerima kunjungan tamu-tamu kenegaraan dari negara sahabat. Kota Bogor dengan cuacanya yang sejuk, hijau dan curah hujan yang tinggi menjadi lokasi Istana Kepresidenan yang sangat nyaman bagi tamu negara sahabat untuk melakukan pembicaraan bilateral diplomatik dan perjanjian antar kepala negara saat ini. 

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here