Oleh: Iswadi Syahrial Nupin*

Meskipun sangat kuat, kekuasaan Bani Abbasiyyah tetap terikat pada kekuatan oligarki, yang mempengaruhi pemerintahan dan kebijakan.
Bani Abbasiyyah berkuasa dari tahun 750 hingga 1258 Masehi. Merupakan dinasti besar yang menorehkan berbagai pencapaian dalam bidang keilmuan, kebudayaan, ekonomi, dan politik. Disebut sebagai masa keemasan Islam karena perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat yang pesat di Baghdad, pusat kekuasaan Bani Abbasiyyah.
Meskipun sangat kuat, kekuasaan Bani Abbasiyyah tetap terikat pada kekuatan oligarki, yang mempengaruhi pemerintahan dan kebijakan.
Oligarki dalam konteks politik adalah sistem di mana kekuasaan hanya dikuasai oleh sekelompok kecil orang, baik yang berbasis kekayaan, kedudukan, atau kekuasaan militer. Kekuasaan yang terpusat pada segelintir orang sering kali menimbulkan korupsi dan ketidakadilan karena kebijakan pemerintah cenderung berpihak pada kepentingan oligarki.
Dalam konteks Bani Abbasiyyah, kelompok-kelompok oligarki ini muncul dari kalangan militer, pejabat istana, dan keluarga bangsawan, yang secara perlahan mempengaruhi arah kebijakan dan pemerintahan Khalifah. Artikel ini hendak mengurai peran dan dampak eksistensi oligarki dalam pemerintahan Bani Abbasiyyah.
Kekuatan oligarki dalam Bani Abbasiyyah mulai terbentuk sejak berdirinya dinasti ini. Keluarga Abbasiyyah yang berhasil menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750 M melibatkan dukungan dari berbagai kelompok diantaranya bangsa Persia dan faksi-faksi militer yang memainkan peran besar dalam perang melawan Bani Umayyah. Dukungan dari kelompok ini tidak diberikan secara cuma-cuma, tetapi diikuti oleh tuntutan untuk mendapatkan kedudukan dan pengaruh dalam pemerintahan. Kondisi ini menjadi bibit dari kekuatan oligarki yang kemudian berkembang dalam kekhalifahan.
Selama masa pemerintahan Bani Abbasiyyah, peran kelompok militer terutama sangat dominan. Khalifah memanfaatkan kekuatan militer mempertahankan kekuasaan dan menghadapi invasi dari luar. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada kelompok militer ini membuat khalifah rentan terhadap tekanan dan tuntutan mereka. Akibatnya, banyak keputusan politik yang diambil lebih didasarkan pada kepentingan militer daripada kepentingan rakyat secara luas.
Selain kekuatan militer, wazir atau perdana menteri juga memiliki kekuasaan yang besar dalam sistem pemerintahan Abbasiyyah. Pada dasarnya, wazir berfungsi sebagai penasihat utama dan pelaksana kebijakan khalifah. Namun, beberapa wazir, terutama dari keluarga Barmakid yang berkuasa pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, berhasil mengonsolidasikan kekuatan dan memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan.
Bersambung ke halaman selanjutnya –>