Oleh: Ahmad Fadhil*

Ahmad Amin dalam buku Faydh al-Khathir mengatakan bahwa cerita tentang unta terbang lebih menarik daripada cerita tentang unta berjalan. Itu karena manusia lebih menggemari dongeng yang fantastis daripada uraian tentang kenyataan. Contohnya, Kaum Musyrik Mekah pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. tentang Ashhabul Kahfi yang tidur selama ratusan tahun dan Dzulqarnain yang berkeliling dunia. Dua kisah ajaib itu dituturkan di dalam Surah al-Kahfi, tapi volume penjelasan tentang hikmahnya jauh lebih banyak karena inilah yang lebih penting.
Kecenderungan yang sama terjadi pada pembahasan seputar ibadah haji. Pada awal tahun 2025 ini, siaran langsung berjalan kaki atau bersepeda ke Mekah viral di TikTok. Cara-cara luar biasa dalam berangkat haji itu menarik perhatian karena menunjukkan tekad yang besar. Tapi, di belakang fenomena yang ekstrem itu tersimpan kenyataan pahit, di antaranya persepsi yang salah tentang ibadah haji masih memengaruhi rendahnya kepedulian sebagian Muslimin terhadap isu-isu kemanusiaan.
Secara umum, sebagaimana diingatkan oleh Hasan Hamadi di dalam Konferensi Internasional bertajuk “Peran Haji Dalam Memperkuat Kerjasama Dan Persatuan Umat Islam” di Jakarta pada 3 Oktober 2010, Nabi Ibrahim AS menginisiasi haji sebagai simbol penghancuran berhala baik berupa patung, hawa nafsu, maupun tiran di masyarakat. Ulama dari Libanon tersebut juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. juga menjadikan haji sebagai madrasah agar Kaum Mukminin kompeten di pentas amal salih sebagai figur yang mencerahkan dan menceriakan, serta menjadi pembela kaum yang terlantar dan tertindas.
Pada saat ini, salah satu isu penting adalah perlawanan terhadap Zionisme atau pembelaan terhadap bangsa Palestina. Spirit ini dapat dipetik dengan sangat gamblang dari haji. Misalnya, dari Masjidilharam sebagai tempat yang aman bagi manusia, dari larangan berkata-kata kotor dan bertengkar, juga dari pantangan memburu binatang dan menebang pepohonan selama beribadah haji.
Semangat tersebut harus disebarkan ke tempat-tempat di luar Tanah Suci dan ke waktu-waktu di luar musim haji. Jamaah haji seyogyanya dibimbing untuk merefleksikan manasik kepada kondisi bangsa Palestina. Mereka berdesak-desakan di Muzdalifah dan Mina hanya selama beberapa hari, sedangkan bangsa Palestina hari demi hari mengantri makanan dan tidak dapat menikmati rasa aman karena terus dihujani dengan bom dan rudal oleh tentara Zionis.
Musuh-musuh kemanusiaan tentang menentang upaya mengaitkan ritual haji dengan perlawanan terhadap kolonialisme karena hal ini mengancam eksistensi mereka. Mereka pasti berusaha mereduksi ibadah haji agar terlepas dari substansi sosial, politik, dan ekonominya. Mereka senang jika umat Islam puas dengan sekadar mengulang-ulang lelucon tentang iblis yang membalas melemparkan batu di jamarat dan berkata, “Sesama setan jangan saling melempar batu.” Mereka tidak ingin umat Islam melemparkan batu kepada diri mereka, para iblis kolonialis yang kasat mata.
Tapi, Bapak Para Nabi dan Nabi Pamungkas telah memberi teladan agar ibadah haji berdampak positif terhadap kondisi umat manusia. Dengan menghirup spirit Masjidilharam dan Masjidunnabi, kita harus terbebas dari pengaruh propaganda penjajah Masjidilaqsa, tempat tujuan Isra Nabi Muhammad SAW. dan kiblat salat pertama umat Islam. Lalu, dengan menghirup semangat wukuf di Arafah, kita harus menjadi pelopor persatuan umat manusia, pembela kaum tertindas di Palestina dan di mana saja, dan menjadi hiasan bagi indahnya ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
*Penulis anggota Free Palestine Network (FPN).
“Dan shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu ittu. ”
“,,,,,, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya,,,,,,,,, “
Saya sependapat bahwa ibadah haji memiliki dimensi sosial, politik, budaya dan ekonomi. Dan itu semua cukup menjadi sumber kekuatan progresif bagi sebuah masyarakat untuk menciptakan suatu peradaban yang besar. Namun, ironisnya mayoritas kita lebih puas menerima bahwa ibadah haji, adalah ritual belaka, atau hanya wisata yang menunjukan status sosial seseorang. Saya sendiri tidak begitu tahu sejak kapan pandangan seperti itu diterima oleh mayoritas muslim, tetapi melihat dari fenomena yang muncul, sepertinya ini merupakan masalah sistemik yang telah mengakar lama dan sengaja dirawat dan dipertahankan oleh pihak yang berkepentingan. Coba saja, anda tidak akan dibiarkan berkumpul lebih dari lima orang dalam waktu yg lama.
Bayangkan jika substansi dari ibadah haji benar-benar dijalankan, kekuatan luarbiasa apa yang dimiliki oleh umat muslim; interaksi sosial, kultural, politik, dan ekonomi antara muslim sedunia dengan latar belakang yang berbeda mestinya memberikan begitu banyak kekayaan gagasan dan daya dorong yang dibutuhkan umat muslim.
Ka’bah baitullah adalah kiblat ummat Islam dunia..bukan arab Saudi
Di saat tingginya antusias umat melaksanakan haji dan umroh saat ini, apakah sudah sejalan dengan makna haji/umroh? Atau umroh hanya ibadah ritual tanpa makna. Dan dimanfaatkan kaum kapitalis untuk meraih keuntungan.
MEMAHAMI HAJI SECARA KONSEPSI ADALAH SUARAT AL-FATIHAH,MEMAHAMI HAJI SECARA SIMBOL ADALAH RITUAL IBADAH HAJI,SEDANGKAN MEMAHAMI HAJI SECARA IMPLEMTASI KEHIDUPAN BAIK INDIVIDU MAUOUN SOSIAL PERADABAN ADALAH DENGAN MEMAHAMI PERJALAN SEJARAH BANGSA INDONESIA YANG MEMBAWA PRINSIP KEMERDEKAAN SERTA VISI MEWUJUDKAN PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN BANGSA-BANGSA.
MELALUI KENDARAAN #PANCASILA#UUD1945#NKRI#BTI.
salam Nasional merdeka ✋
Problem utamanya harus kita telusuri, motif utama dari konflik Palestina tidak bukan hanya soal perbedaan keyakinan dan hegemoni atas dasar perintah keyakinan, melainkan aspek geoekonominya, kita harus jelih untuk menyikapi.
Sekali kita membuka lebih dalam tentu ada komitmen Israel dan AS untuk memainkan peran aktif menjaga tepi pantai Palestina yang notabenenya adalah gravitasi ekonomi dunia.
Hikmah yang dapat diambil semangat dari Ibadah Haji dengan perjuangan Rakyat Palestina adalah Kesabaran dan ketabahan.
Sama seperti Jamaah Haji yang harus menempuh perjalanan Panjang dqn melelahkan untuk mencapai tanah Suci, Rakyat Palestina juga harus menempuh perjalanan panjang dan melelahkan untuk mencapai kemerdekaan dab kebebasan.JemaahHajj juga harus mengorbankan waktu,biaya,dan tenaga untuk Ibadah Haji.
Begitu juga dengan Rakyat Palestina yang harus banyak mengorbankan banyak Hal termasuk nyawa mereka sendiri untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan. Ibadah Haji mengajarkan Kita tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.Jemaah Haji dari berbagai Negara dan latar belakang berkumpul dan melakukan Ibadah besama sama. Begitujua dengan Rakyat Palestina yang harus bersatku dengan bergotong royong untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kebasan Palestina..