
AS, KabarKampus – Sebanyak 53% masyarakat Amerika Serikat (AS) yang sudah dewasa tidak mendukung Israel dalam konflik yang terjadi di Palestina. Rataan itu mengalami peningkatan 19% dari survei yang dilakukan pada Tahun 2022. Survei dari Pew Research Center ini juga memperlihatkan sebagian besar perubahan sikap terjadi di orang dewasa dan muda yang juga kebanyakan berafiliasi dengan Partai Republik.
Padahal, mereka cenderung memandang positif Israel pada survei Tahun 2022 yang mencapai jajak pendapat sebesar 63%. Sementara suara terbesar dalam sentimen negatif kepada Israel didominasi oleh umat muslim dan yang tidak memegang agama tertentu seperti ateis atau agnostik sebanyak 81%. Ada pun dari umat Kristen di AS sebanyak 50% yang tidak mendukung Israel.
Survei Pew Research Center juga melakukan penelitian jajak suara tentang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Sebanyak 52% warga AS tidak percaya kepadanya terkait dengan melakukan hal yang baik terkait urusan dunia. Hanya 32% yang menyuarakan percaya kepada Netanyahu dan sisanya memilih netral. Bahkan 53% penganut Yahudi di AS kurang percaya dengan kepemimpinan Netanyahu. Apalagi umat muslim di AS yang sebanyak 87% tidak percaya sama sekali kepada Netanyahu.
Survei ini dilakukan pada 24-30 Maret lalu dengan sampel 3.605 orang dewasa di AS. Survei ini juga dilakukan sebelum kunjungan Netanyahu yang kedua kalinya sejak Donald Trump menjadi Presiden AS. Sementara itu, pasokan bantuan yang ditujukan bagi warga Gaza, Palestina, masih diblokade Israel.
Tidak adanya kesepakatan antara Israel dengan Hamas mengenai pembebasan sandera dalam ketentuan gencatan senjata, tidak membuat Israel menarik pasukannya. Pejabat PBB pun telah menepis pernyataan Israel yang mengatakan bahwa ada cukup bantuan makanan untuk semua warga Gaza. Nyatanya jauh dari kenyataan di lapangan karena Tom Fletcher yang menyatakan bahwa tim bantuan untuk Gaza sengaja dihalangi sehingga lebih banyak menyebabkan banyak kematian.
“Persediaan yang kami miliki cepat habis dan kami kehabisan makanan, obat-obatan, tempat berlindung, dan setiap barang penting lainnya jika situasinya tidak segera berubah. Bencana yang terjadi di Gaza akan menjadi lebih buruk dan kebutuhan masyarakat akan menjadi lebih tinggi. Ini tidak dapat terus berlanjut. Warga sipil harus dilindungi dan penyeberangan (bantuan) harus segera dibuka kembali,” terang Olga Cherevko dari kantor koordinasi bantuan PBB, Ocha, seperti dikutip dari UN News.
Dikabarkan juga bahwa sebuah rumah sakit di Gaza tidak dapat beroperasi akibat serangan Israel pada akhir pekan lalu. Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas dan 115.688 warga Palestina mengalami luka-luka selama konflik tersebut. Ini termasuk 1.449 orang tewas dan 3.647 orang terluka sejak meningkatnya kembali konflik pada 18 Maret lalu.