
KabarKampus – April 26, 2025, sebagai bagian dari peringatan resmi Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2025, lebih dari 25.000 peserta dari 22 provinsi di seluruh Indonesia menggunakan alat berbasis AI untuk melatih komunitas mereka dalam kesiapsiagaan bencana melalui kampanye yang diselenggarakan oleh Yayasan Peta Bencana. Kampanye ini dilaksanakan dalam semangat #BergotongRoyong, dengan menggerakkan para pemimpin muda, pendidik, dan pelatih komunitas untuk melibatkan ribuan orang dalam lokakarya, simulasi, dan kegiatan kesiapsiagaan kolaboratif.
Para peserta melakukan simulasi pelaporan bencana secara waktu nyata menggunakan Disaster Bot, sebuah bot berbasis AI yang dikembangkan oleh Yayasan Peta Bencana bekerja sama dengan BNPB. DisasterBot adalah chatbot daring—yang kini terintegrasi dengan WhatsApp, Telegram, Twitter, dan Facebook—yang menjangkau warga di area terdampak bencana dan membantu mereka mengirimkan laporan bencana secara waktu nyata. Laporan-laporan ini kemudian dipetakan di platform sumber terbuka dan gratis, PetaBencana.id, dan digunakan untuk membantu lembaga pemerintah serta petugas tanggap darurat dalam proses respons dan pemulihan.
“Teknologi saja tidak cukup untuk membangun ketangguhan—yang membangunnya adalah manusia,” ujar Nashin Mahtani, Direktur Yayasan Peta Bencana. “Kekuatan sesungguhnya terletak pada memadukan pengetahuan lokal yang mendalam dengan ketepatan teknologi yang kita miliki saat ini, untuk menciptakan sistem respons yang lebih cepat, akurat, dan berakar kuat pada masyarakat yang dilayaninya. Ketika alat AI dirancang secara cermat dan kolaboratif, dengan komunitas sebagai pusatnya, mereka dapat memperkuat pengetahuan lokal dan menjadikan koordinasi komunitas sehari-hari sebagai kekuatan kolektif yang menyelamatkan nyawa.”
HKB, sebuah inisiatif nasional yang diluncurkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyerukan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Peringatan tahun ini datang di saat yang krusial: ketika Indonesia dan kawasan sekitarnya menghadapi bahaya terkait iklim yang semakin intensif—dari hujan ekstrem dan banjir hingga kekeringan berkepanjangan dan kenaikan permukaan laut—kesiapsiagaan bencana yang berpusat pada masyarakat menjadi semakin mendesak. Antara 1 Januari hingga 2 April 2025, Indonesia mengalami 804 bencana alam, berdasarkan data dari BNPB. Banjir menjadi bencana paling sering terjadi, dengan 547 kasus yang tercatat.
Dalam acara pembukaan, Bapak Kasbu dari BPBD Kabupaten Rokan Hilir menyampaikan bahwa dalam menghadapi bencana, kita tidak bisa berdiri sendiri. “Karena bencana bisa terjadi kapan saja, maka kesiapsiagaan harus dimulai sedini mungkin.” Beliau menekankan pentingnya menggerakkan masyarakat, bekerja sama membangun ketahanan. “Tidak ada kata terlambat untuk mulai bersiap,” ujarnya.
“Bantuan bersama tidak hanya dilakukan antarmasyarakat, tetapi juga dapat dilakukan dengan instansi pemerintah terkait. Saat masyarakat melaporkan adanya banjir melalui platform PetaBencana.id awal tahun ini, laporan tersebut langsung diterima dan ditindaklanjuti dengan tindakan cepat oleh pemerintah setempat. Pemerintah mengirimkan bantuan berupa alat berat untuk melakukan pengerukan, guna mengurangi risiko banjir di wilayah terdampak yang telah dilaporkan oleh para relawan. Melalui platform PetaBencana.id, warga juga menyampaikan berbagai kebutuhan warga terdampak langsung dari lapangan. Informasi ini memungkinkan pemerintah daerah, BAZNAS, dan Dinas Sosial untuk menyalurkan bantuan secara tepat sasaran. Semangat gotong royong yang sejati tercermin dari keterlibatan semua pihak—baik masyarakat maupun pemerintah—dalam membangun ketahanan bersama.”
Bersambung ke halaman selanjutnya –>