Oleh: Syamsah Ja’far*

Di tanah yang dulu tumbuh zaitun dan gandum, kini musim tak lagi datang.
Tak ada panen. Tak ada musim. Hanya reruntuhan, bara, dan langit yang muram.
Di Gaza, musim-musim bukan lagi ditentukan oleh matahari atau hujan, tapi oleh blokade.
Dan malam pun kehilangan api. Bukan karena hujan memadamkannya, melainkan karena bahan bakar ditahan di perbatasan.
Lampu padam, dapur mati, inkubator berhenti.
Malam menjadi hitam sepenuhnya.
Sehitam kesadaran dunia yang memilih diam.
Tanah Subur yang Dikunci Mati
Gaza adalah tanah subur yang dicekik.
Seluas 365 kilometer persegi, wilayah ini dahulu memiliki ladang-ladang pertanian kecil: gandum, sayuran, zaitun, dan buah-buahan.
Namun sejak blokade diberlakukan Israel pada 2007, dan diperketat lagi setelah 7 Oktober 2023, lahan pertanian di Gaza berubah menjadi tanah terlantar atau ladang ranjau.
Menurut laporan FAO dan OCHA (Mei 2024):
Lebih dari 57% lahan pertanian Gaza rusak berat atau tidak dapat diakses karena pemboman atau ancaman militer.
Irigasi lumpuh akibat kerusakan infrastruktur dan kekurangan bahan bakar.
Stok benih dan pupuk habis karena tak dapat masuk akibat penutupan perbatasan. Petani tidak bisa bekerja karena bahaya serangan dan ketiadaan alat.
Gandum tak tumbuh bukan karena tak ditanam, tapi karena tanahnya dihancurkan, jalannya dibom, dan benihnya tak pernah tiba.
Malam yang Tak Menyalakan Apa-Apa
Malam-malam di Gaza bukan sekadar gelap. Ia adalah ancaman.
Sejak pemadaman listrik total pada Oktober 2023, lebih dari 90% wilayah Gaza tidak memiliki akses listrik.
Dan bahan bakar untuk generator hanya masuk dalam jumlah terbatas, jika tidak diblokir sama sekali.
Rumah sakit kehabisan tenaga.
Dapur umum tak bisa memasak.
Anak-anak meringkuk di tenda-tenda darurat sambil memeluk tubuh mereka yang menggigil.
Bayi-bayi meninggal bukan karena penyakit—melainkan karena tak ada api untuk menghangatkan tubuh mungil mereka.
Gandum Tak Tumbuh, Tapi Kelaparan Merambat
Bersambung ke halaman selanjutnya –>
#Panjang Umur Palestina
#Free free Palestine
Gaza benteng “kemanusiaan” terakhir. Simbol perlawanan atas kejahatan dunia. Tangguhlah terus Gaza, Palestina merdeka.
Bahkan Hukum pun tak berani menyentuh si durjana yang lalim,dunia oh dunia…Keadilan hanya punya Yg Maha Kasa…Kemana dan Mengapa tak ada yg berani Mengadili sang durjana
Dsri daratan hingga lautan
Palestina akan bebas!
Tulisan menggugah dan menyentuh
Suara keprihatinan yang dituangkan kedalam tulisan semoga menjadi triger masing masing dari kita untuk lebih dan lebih lagi memaksimal gerak langkah menumbuhkan dan menghidupkan kembali secara nyata gandum dan api yang sesungguhnya.
Geliat merealisasikannya dengan persatuan perjuangan, dan poros perjuangan dalam tombal melesak meraih kemenangan.
Panjang Umur Palestina
“Gandum boleh tak tumbuh, tapi luka Gaza terus bersemi di hati kami. Dunia boleh gelap, tapi nurani tak boleh padam.”
Panjang Umur Palestina…♥️✊