More

    Israel di Bawah Tekanan Krisis Internal, Perlawanan Palestina, dan Erosi Dukungan Global

    Infografis emigrasi warga Israel di media Israel.

    Di tengah klaim kemenangan militer dan kampanye propaganda tanpa henti, posisi Israel di berbagai arena kini tampak semakin rapuh. Meskipun memiliki kekuatan militer yang unggul, operasi militer di Gaza gagal menaklukkan Hamas sepenuhnya. 

    Sementara itu, tekanan dari Hizbullah, Iran, dan kelompok Ansarallah di Yaman terus menekan dari berbagai arah. Di sisi lain, Amerika Serikat yang merupakan sekutu utama Israel, mulai menunjukkan kelelahan dan keraguan. Washington sudah menegaskan tidak akan mengirim pasukan untuk memantau gencatan senjata di Gaza, dan tidak akan menyetujui aneksasi Tepi Barat secara resmi, meski hal itu terus terjadi di lapangan.

    Kekuatan utama dari konflik ini tetap berada di tangan rakyat Palestina sendiri. Di Gaza, meski hancur oleh serangan, kelompok perlawanan berhasil mempertahankan kendali di banyak wilayah. Berulang kali, pasukan Israel gagal merebut Gaza City sepenuhnya. 

    - Advertisement -

    Dalam konteks perang asimetris, bertahan berarti menang. Namun bagi penjajah, kebuntuan berarti kekalahan. Sementara itu, Tepi Barat semakin bergolak. Kekerasan dari pemukim Israel meningkat, sementara Otoritas Palestina kehilangan legitimasi. 

    Kota Jenin menjadi pusat perlawanan bersenjata, dan gelombang pemogokan serta aksi massa menunjukkan potensi besar bagi resistensi sipil. Konflik juga memperlihatkan kemunduran strategis bagi Israel dan sekutunya. Serangan rudal Iran pada Juni 2025 menimbulkan kerusakan besar di fasilitas militer dan industri Israel. 

    Laporan independen menunjukkan sistem pertahanan udara Israel dan AS tak mampu menahan kombinasi rudal dan drone Iran yang semakin canggih. Di Laut Merah, kelompok Ansarallah (Houthi) dari Yaman menutup akses menuju pelabuhan Eilat, membuat pelabuhan tersebut bangkrut. 

    Meski AS dan Inggris sempat melancarkan operasi militer besar untuk membuka jalur itu, hasilnya nihil. Setelah miliaran dolar hangus, pasukan AS akhirnya mundur, meninggalkan Israel sendirian menghadapi blokade tersebut.

    Gelombang Emigrasi dan Ketidakstabilan Krisis Internal

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    3 COMMENTS

    1. kehancuran Isriwil sangat dinantikan datangnya..apalagi jika kehancurannya diakibatkan oleh perjuangan pasukan perlawanan, semoga pasukan perjuangan mendapat kekuatan yang berlipat ganda sehingga diberi kemenangan yang gilang gemilang.. aamiin YRA

      • Ini bukan hanya soal kehancuran Sirael tapi kehancuran kapitalisme yang sudah lama merenggut perdamaian dunia dengan pundi-pundinya yang membayar militer dan polisi untuk memerangi kelas pekerja

    2. secara taktis kesepakatan gencatan senjata tercapai dengan dibebaskanya para sandra, tapi secara strategis, zionis israel kalah, karena tidak dapat mengalahkan tentara gaza.

      Perang dua tahun, menciptakan kekalahan disemua lini pada pihak zionis, hingga seakan tak percaya, perang ini dapat merubah zionis israel menjadi satu negara yang paling di benci diseluruh dunia.

      Panjang Umur Palestina

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here