Ahmad Fauzan Sazli
Ardito Cahyo Laksono, Mahasiswa, Psikologi UI menunjukkan salah satu keris milik koleksi Donny Sastryowibowo di UI, Depok, Jumat, (05/03/2013). FOTO AHMAD FAUZAN SAZLI
Apa yang ada dibenak kamu ketika mendengar kata keris. Mungkin yang terpikir diantara kamu adalah kata mistis.
Di masyarakat mistis melekat dengan keris. Apalagi sejumlah sinetron, film baik televisi dan bioskop sering menampilkan dukun yang memegang keris. Padahal keris merupakan budaya asli Indonesia. Dan Unesco telah mengukuhkannya sebagai kebudayaan dunia dari Indonesia.
Dengan semangat ingin melestarikan keris, sekelompok alumni dan mahasiswa Universitas Indonesia mendirikan Komunitas Keris UI. Aktivitas komunitas ini adalah mengkaji keris secara ilmiah.
“Masyarakat Indonesia tutup mata dengan kebudayaannya sendiri. Padahal bila dibandingkan dengan samurai secara material, keris jauh lebih baik,” kata Donny Satryowibowo alumni FIB UI dan penggagas Komunitas Keris UI.
Menurut Donny, keris tidak hanya muatan bendanya saja yang tinggi, namun muatan budayanya dan makna di dalanmnya juga fantastis.
Dosen IKJ ini menjelaskan, bahwa meski keris lebih baik dari samurai, namun samurai lebih populer dari keris itu sendiri. Pasalnya pemerintah Jepang turut andil dalam mempopulerkan budaya mereka. Selain itu keris masih sering dianggap mistis oleh masyarakat.
Soal mistis pada keris Donny menjelaskan, bahwa berdasarkan penelitian ilmuwan Jepang, bahwa air yang telah didoakan memiliki partikel yang berbeda dengan air yang tidak didoakan. Begitu juga keris yang dibuat dengan waktu berbulan-bulan yang dalam pembuatannya diiringin dengan doa.
Donny sendiri memiliki sebanyak sekitar 300 koleksi keris. Dari mulai zaman Megalitikum, Majapahit, Mataram, Padjajaran hingga hingga keris era modern.
Sementara itu, Adityo Cahyo Laksono, mahasiswa Psikologi UI, menambahkan bahwa Komunitas Keris UI ini ingin menyelamatkan kebudayaan leluhur agar tidak jatuh ke tangan asing. Mereka ingin keris tersebut dapat dilestarikan dan mengkajinya secara ilmiah.
Menurutnya, keris itu dapat dikaji secara meteorologi, sejarah, antropologi, hukum, ekonomi, kimia, dan sebagainya. Kajian tersebut antara lain, mengenai bahan-bahan yang terkandung di dalam keris, teknik pembuatan, fungsi, dan sejarah penggunaan keris tersebut di masyarakat.
“Seperti keris yang saya miliki. Bentuknya agak tebal, lurus, dan polos. Dibuat pada masa kerajaan Tuban,” kata Cahyo.
Ia menjelaskan keris miliknya tersebut selain digunakan untuk berperang, juga menunjukkan status sosial pemiliknya di masyarakat kala itu.
Komunitas ini telah berjalan sejak lima bulan lalu. Biasanya kajian atau diskusi mengenai keris dilakukan di kantin Kansas FIB UI. Komuntas ini tak hanya diperuntukkan bagi masyarakat UI, namun juga terbuka untuk umum.
Kamu yang ingin bergabung pada komunitas ini dapat menghubungi Donny Sastryowibowo atau Romo Donny di nomor telepon : 08159954355.[]