A. Fauzan
JAKARTA, KabarKampus – Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) mendesak Joko Widodo, calon presiden terpilih RI, untuk menuntaskan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib. Desakan ini dikemukakan Shohib Essir presiden PPIA Australian Capital Territory (ACT).
“Pada 7 September 2004, Munir diracun dalam perjalanan ke Belanda untuk studi pasca-sarjana, menjadi pelajar diaspora seperti kami” kata Shohib usai meluncurkan pembukaan lomba karya sastra berjudul “Munir, Jokowi, dan Masa Depan Indonesia” di Canberra, ibukota Australia, Senin (25/08/2014).
Ia juga mengatakan, terpilihnya Joko Widodo, menumbuhkan harapan baru akan dilanjutkannya pengungkapan kasus Munir.
Hal yang sama diungkapkan Awidya Santikajaya, ketua Indonesia Synergy, forum mahasiswa pasca-sarjana yang juga berbasis di Canberra. Ia mempertanyakan kejanggalan pengungkapan kasus Munir yang hanya mengadili pelaku di lapangan.
“Mengapa sudah 10 tahun Negara hanya adili pelaku lapangan? Ini sebuah kejanggalan. Kita harus mengingatkan Jokowi agar kasus Munir tidak terabaikan” tegas Awidya.
Untuk mengenang 10 tahun kematian Munir dan 10 tahun perjuangan pengungkapan kasus itu, PPIA Canberra dan Indonesia Synergy menggelar serangkaian acara. PPIA dan Synergy menyatakan, mereka menyerukan tiga langkah praktis kepada publik media sosial, 1, menandatangani petisi yang dibuat Suciwati di situs Change.org/Munir, 2 mengajak pengguna media sosial memakai gambar Munir dengan seruan #IndonesiaMenolakLupa, dan 3, mendesak pemimpin negara menuntaskan kasus Munir.
Selain kasus Munir, mereka juga mendesak Jokowi sebagai pemimpin baru Negara untuk tuntaskan kasus Marsinah, Wiji Tukul, 1965, Priok, Talangsari, Trisakti, Semanggi, Aceh, hingga Papua.[]