ABC AUSTRALIA PLUS
Suryo Gurinto
Musik Rebana diriingi shlawat memenuhi ruangan Art Gallery of South Australia di Adelaide hari Minggu (05/06/2016) yang menjadi tuan rumah pameran sehari More Ink Than Ocean: The Art of Writing in Islam, yang menampilkan koleksi karya seni Islam dari Indonesia.
Sekitar 800 pengunjung menghadiri dan dihibur dengan alunan musik rebana layaiknya pesta pernikahan ala Betawi di Indonesia.
Tampak juga sepasang ondel-ondel yang tingginya hampir sekitar 3 meter yang menari-nari diiringi alunan musik rebana yang tak pelak menarik banyak perhatian pengunjung yang kebanyakan adalah warga Australia.
Art Gallery of South Australia memang sedang mengadakan pameran karya seni Islam yg memamerkan berbagai koleksi karya seni Islam dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Tema pameran kali ini adalah “More Ink Than Ocean: The Art of Writing in Islam” yang mengedepankan keindahan seni kaligrafi Alqur’an sebagai tema utamanya.
Menurut keterangan yang diperoleh ABC Australia Plus Indonesia, Art Gallery of South Australia memang telah lama dikenal sebagai salah satu gallery seni dengan koleksi karya seni Islam yang bisa dibilang cukup banyak.
Berbagai macam lukisan dan kaligrafi serta berbagai benda peninggalan budaya Islam dari berbagai negara, termasuk kitab suci Al Qur’an yg dituliskan dengan tangan dan sudah berumur ratusan tahun.
Menariknya, dari sebagaian besar koleksi yang ada, sebagian besar merupakan benda-benda seni dan sejarah dari bebagai daerah di Indonesia, termasuk beberapa kitab dan Al Qur’an hasil karya ulama-ulama di Indonesia.
Selain menampilkan berbagai karya seni kaligrafi dan benda-benda peninggalan budaya Islam, eksebisi ini juga dikolaborasikan dengan berbagai seni pertunjukan dan budaya.
Kali ini pihak Art Gallery menggandeng secara khusus komunitas Islam Indonesia di Adelaide yang bernaung dalam Kajian Islam Adelaide (KIA).
KIA sendiri merupakan perkumpulan masyarakat muslim Indonesia di Adelaide yang telah berdiri sejak tahun 2008. KIA sangat aktif mempromosikan wajah Islam moderat di yang menghargai keberagaman dan memelihara tradisi keislaman ala Indonesia di Australia.
KIA contohnya telah beberapa kali mengadakan dialog antar umat beragama di Adelaide, mengorganisir kegiatan donor darah dengan Palang Merah Australia, tampil berkeliling ke sekolah-sekolah dasar di Adelaide untuk mengenalkan seni budaya Islam dan Indonesia, seperti Rebana dan Ondel-Ondel, serta mengadakan kajian dengan berbagai isu seperti disabilitas, kesehatan, dan terorisme.
Menurut Arioma Bachtiar, koordinator KIA “Untuk tahun ini KIA secara khusus mendukung eksibisi di Art Gallery of South Australia melalui berbagai kegiatan. Diantaranya adalah penulisan kaligrafi, pementasan kelompok Rebana El Musafir yang melantunkan sholawat dan lagu daerah, hijab try out, seni melukis tangan dengan henna, Ondel-Ondel Betawi, dan tidak ketinggalan juga pertunjukan seni pembacaan ayat suci alqur’an melalui qiraat”.
Pada acara tersebut disediakan juga kesempatan bagi pengunjung terutama anak-anak untuk berlatih memainkan alat musik rebana. “Dalam waktu singkat anak-anak tersebut bahkan sudah bisa memukul rebana dan memainkannya dalam lagu secara baik sekali” kata Suryo Guritno – koordinator kelompok rebana “…luar biasa saya sangat terkesan sekali.
Dua hari sebelumnya, tepatnya Jumat 3 Juni 2016, KIA juga mengirimkan dua orang kaligrafer yang kebetulan juga merupakan mahasiswa Flinders University dari Indonesia untuk mempresentasikan serta mengajarkan seni kaligrafi kepada 80 orang guru sekolah di Adelaide. Para guru ini akan dibekali ketrampilan kaligrafi agar mereka dapat mengajarkannya kembali di sekolah tempat mereka mengajar.
Diperkirakan tidak kurang dari 800an pengunjung hadir dalam gelaran eksebisi di hari Minggu tersebut yang dilaksanakan selama 4 jam dari jam 11 siang hingga jam 3 sore. Kebanyakan dari mereka datang bersama keluarga.
Antrian panjang tampak di beberapa tempat yang melaksanakan fasilitas henna dan kaligrafi. Anak-anak ditemani orangtuanya tampak sabar menunggu giliran untuk mendapatkan kaligrafi dengan tulisan nama mereka sendiri dan juga untuk dilukis tangannya dengan henna.
Hingga menjelang tutupnya acara ini masih terlihat sibuknya antrian di ruang tersebut.
Menurut Mochamad Mustafa – seorang relawan yang bertugas khusus untuk menjelaskan tentang Al Qur’an dan seni membacanya, “Antusiasme masyarakat Australia atas gelaran ini sangat baik, banyak kalangan dewasa maupun anak-anak memanfaatkan acara ini untuk menyampaikan keingin tahuan mereka tentang hal-hal dasar entang Islam, terutama masyarakat Islam di Indonesia”
Ia juga menambahkan “Ada juga menanyakan kenapa di Indonesia perempuan boleh membaca alqur’an di depan publik, dan kenapa harus dibaca bahasa arab dan apakah masyarakat indonesia mengerti ketika membacanya” kata Mustafa. []
* Suryo Guritno, Staff Kementerian Keuangan RI – Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, saat ini sedang menempuh program Phd in Public Administration/Policy, Flinders University of South Australia