IMAN HERDIANA
BANDUNG, KabarKampus-Akhir-akhir ini suhu politik di Indonesia makin menghangat, mulai dari dugaan penistaan agama hingga pilkada serentak. Kondisi ini bisa menimbulkan perpecahan jika tidak ingat akar keindonesiaan.
“Kadang kita tak sadar melupakan akar itu yang membuat kita tercabik. Akar itu terkait visi kemerdekaan Indonesia,” kata Leo Agustino, dosen Universitas Parahyangan yang juga pakar Pakar Kajian Publik dari Untirta, kepada KabarKampus, baru-baru ini.
Ia mengungkapkan, para pendiri bangsa mengusung visi kesejahteraan (welfare) untuk Indonesia merdeka. Artinya sejahtera secara ekonomi maupun sosial. Visi ini perlu didukung dengan ketertiban, keamanan dan persatuan.
“Visi tersebut dibuat saat Indonesia belum merdeka. Maka yang perlu dipersiapkan sebelum adanya welfare adalah persatuan,” kata Leo Agustino.
Di masa sebelum kemerdekaan, kata dia, persatuan menjadi unsur penting untuk pembentukan negara seperti Indonesia. “Kita miliki banyak agama, etnik, suku, bahasa yang kini perlu kita pahami sebagai akar keindonesiaan,” katanya.
Sejak dulu Indonesia memiliki banyak agama, Islam, Kristen, Hindu, Buhda, dan aliran kepercayaan. Semuanya disimpulkan dalam negara kesatuan. Persatuan inilah yang mendukung kedaulatan negara. Dengan kedaulatan, bisa dicapai tujuan bersama.
“Dengan berdaulat, menurut pemikiran pendiri bangsa kita, kita bisa mencapai welfare,” katanya.
Dari paparan tersebut, ia mengungkapkan adanya persatuan, kedaulatan dan kesejahteraan sosial diharapkan mampu menghadirkan negara yang adil. “Itu terangkum dalam preambule Undang-undang Dasar 45,” katanya.
Dengan akar keindonesiaan tersebut, diharapkan Indonesia bisa memabangun peradaban sebagaimana sejarahnya. Ia mengungkapkan, Indonesia mempunyai sejarah yang unik dengan peradaban yang beragam mulai Samudera Pasai, Sriwijaya, hingga Majapahit dan Padjadjaran.
“Semua peradaban itu terpecah-belah kolonoialisme. Bukan hanya antar suku tapi antar agama,” ujarnya.
Adanya sejarah perpecahan tersebut membuat pendiri bangsa selalu mengingatkan pentingnya kebersatuan. “Ini yang kadang kita keliru, visi misi tak dipahami. Maka mengisi kemerdekaan saat ini otomatis kacau, ketika akar kita tak dimengerti,” katanya. []