IMAN HERDIANA
Bandung dikenal sebagai kota banyak julukan, kota kreatif, ibu kotanya Asia Afrika, kota juara, kota selfie karena banyaknya warga yang mengunggah foto diri di media sosial dengan latar kecantikan kota ini.
Berbagai julukan itu berangkat dari realitas. Di sisi lain, ada realitas lain seperti yang dipotret fotografer Prabowo Setyadi, yaitu realitas kemiskinan warga Kota Bandung.
Potret Prabowo Setyadi didiskusikan lewat diskusi fotografi berjudul “Jungkir Balik Kota” di Kafe Kaka, Jalan Tirtayasa 49 Bandung, Kamis (29/12/2016).
Salah satu foto esei yang dipresentasikan Prabowo Setyadi berjudul “Kaum Miskin Kota, Warga Terpinggirkan”. Pria yang akrab disapa Bowo menyusun foto eseinya akhir 2016, proses pembuatannya sejak dua tahun lalu.
Foto disajikan hitam putih sehingga efeknya terasa mencekam. Diawali gambar pedatnya Kota Bandung dan gencarnya pembangunan di kota yang berjuluk Parijs van Java.
Bowo cukup detail menggambarkan sosok Yadi (59), seorang pria yang saban hari melintas di pusat kota sambil menarik gerobak. Di dalam gerobak, tinggal istri dan tiga anaknya. Mereka kerap disebut manusia gerobak.
Bowo memotret Yadi sedang memandikan bocah laki-lakinya, Muslih (2,5 tahun), menyisir kakak Muslih, Selly (4,5), atau saat istri Yadi, Enok (47) sedang tidur bersama si sulung, Yuli (7), di dalam gerobak sempit.
Gerobak itu juga dipakai mengangkut rongsokan, barang yang menghidupi keluarga yang tinggal di gerobak itu.
Ada foto Yadi sedang menggusur gerobak di pusat kota, antara lain di Jalan Asia Afrika, jalan yang menjadi tempat pemersatu negara Asia-Afrika agar lepas dari penjajahan dunia, termasuk kemiskinan. Tampaknya cita-cita luhur Konferensi Asia Afrika masih belum dirasakan semua warga kota, salah satunya Yadi.
Bowo kemudian memotret realitas menyesakkan lainnya.
Realitas itu antara lain gelandangan yang tertidur di depan restoran cepat saji, di atas trotoar yang baru saja dibangun Pemkot Bandung, akhir-akhir ini Bandung lagi giat-giatnya bersolek memperindah diri.
Ada potret perempuan yang tinggal di rumah kosong dengan latar pembangunan gedung-gedung tinggi, pengemis di bawah Jalan Layang Pasupati, di jembatan penyeberangan, anak-anak bermain kelereng di gang sempit Jalan Braga, di pinggir jalan kereta, dan lainnya.
“Apa yang terjadi dalam foto-foto ini adalah realitas yang sedang berlangsung saat ini. Bandung bukan hanya bicara tentang keindahan dan modernitas. Tetapi ada kemiskinan yang sedang terjadi,” kata Bowo.
Fotografer lulusan Fikom Unisba ini khawatir jika kemiskinan kronis di Kota Bandung dianggap wajar atau biasa, atau bahkan dianggap tidak ada.
Ia tidak melihat foto kemiskinan dimuat media-media sosial pejabat Pemerintah Kota Bandung.
Padahal dari data yang diperoleh Bowo, warga miskin kota sebanyak 304.839 jiwa atau 12 persen dari jumlah warga kota yang tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung. []