Patty Jenskin menceritakan film superhero perempuan pertama yang muncul di layar lebar ini dengan alur mundur. Dimulai dengan scene awal sebuah paket yang diantarkan ke museum Louvre. Paket tersebut berasal dari Bruce Wayne sampai di kantor Diana Prince.
Isi paket tersebut adalah foto lama, Diana Prince yang adalah wonder woman berdiri di tengah. Dari sini kisah tersebut bergulir selama 140 menit ke depan.
Seorang anak kecil berlari-lari di sebuah negeri antah berantah yang terakhir kita ketahui bernama Themyscira. Keindahan negeri dan cara berpakaiannya membuat kita terlempar jauh ke abad-abad Yunani kuno. Sebuah tempat yang didiami oleh Amazon, tak ada laki-laki di sana. Semuanya adalah perempuan.
Diana kecil sudah begitu antusias dengan segala hal yang bersangkutan dengan bela diri. Ibunya, Sang Ratu Amazon diperankan oleh Connie Nielsen tak terlalu menyukai hal ini. Di sisi lain bibinya Antiope yang diperankan oleh Robin Wright ingin mengajarkan semua ilmunya sebagai ksatria terbaik Amazon pada Diana kecil yang diperankan oleh Lilly Aspell dan Emily Carey.
Beranjak dewasa, Diana tumbuh menjadi perempuan tangguh nan cantik yang diperankan oleh Gal Gadot. Pemeran yang dalam arti sesungguhnya menjadi wonder woman, perempuan dengan pesona luar biasa yang membuat film ini menjadi special. Meski jahitan skenario yang dirasa kurang rapi.
Masalah utama muncul ketika pesawat Steve Trevor yang diperankan oleh Chris Pane tertembak Jerman dan diselamatkan oleh Diana. Pasukan Jerman mengejar dengan senjata api, terjadi pertempuran yang sekaligus membenturkan tentang betapa kuno dan terisolasinya orang-orang Amazon. Korban jatuh di kedua belah pihak, mata Diana terbuka bahwa ada perang lain diluar sana yang harus dibantunya.
Dari sini dimulailah perjalanan Steve dan Diana untuk menghentikan perang. Steve punya misi sendiri, sedang Diana yang sebegitu lugu percaya cerita dogeng ibunya, dengan membunuh Dewa perang Ares, maka perang akan berakhir.
Dua anak manusia dengan latar dan kemampuan yang berbeda, saling membantu satu sama lain. Jalan cerita yang dibuat Patty cukup mampu membangun chemistry yang kuat antara kedua tokoh utama ini. Dari selipan lelucon dan pertanyaan-pertanyaan lugu yang dilontarkan Diana, semua terasa begitu natural. Bahkan ketika diselipkan sedikit adegan roman, semua terasa begitu berkelas. Bertahap dan tertata.
Adapun hal yang kurang natural, tentunya terjadi di medan laga dengan segala peluru dan ledakan yang terasa kurang nyata. Seorang perempuan secantik Gal Gadot memiliki keperkasaan yang luar biasa ditambah dengan kekukuhan tekad yang semakin membuat sosok wonder woman ini begitu menggoda. Mungkin memang ini tujuan sang sutradara, mengarahkan semua perhatian pada sosok perempuan perkasanya.
Untuk film dengan dana 100 juta USD, rasanya masih ada beberapa hal yang bisa dibuat lebih mendalam dan lebih rapi, terlepas dari segala ria-ria pertengkarannya. Namun sebagai tontonan ringan, tentunya melihat wajah sang wonder woman sudah mampu membuatmu terpukau dan terpana sepanjang film. Bukan melebih-lebihkan, Gal Gadot yang menyelamatkan film ini dan menjadi wonder woman yang sesungguhnya. []
tergantung sesorang jika ia ingin merokok merokoklh
jika dia tidak ingin merokok itu keinginannya
jgn lupa kunjungi website kami di htps://mahasiswa.atmaluhur.ac.id