Ahmad Fauzan Sazli
Bunda Karsiah mengeluarkan air mata ketika menceritakan perjuangannya menegakkan HAM dalam Tragedi Trisakti 1998 di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu, (18/04). Bunda Karsiah adalah orang tua dari Almarhum Hendriawan Sie, Mahasiswa Ekonomi Universitas Trisakti yang meninggal dalam Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998.
Sejak tahun 2000, ia memutuskan pindah ke Jakarta demi mengikuti kasus pelanggaran HAM yang menewaskan anaknya tersebut. Sidang demi sidang, instasi demi instasi, lembaga demi lembaga ia datangi, dioper kesana-kemari, diundang ke Komnas HAM dan DPR, namun belum juga menemukan titik terang.
Ia juga pernah bertemu SBY, pada 15 Agustus 2009. SBY berjanji kepadanya “Anak kamu anak saya, nanti kasusnya kita selesaikan pelan pelan,” kata Bunda Karsiah menirukan ucapan SBY. Janji hanyalah janji sampai saat ini tak terbukti.
Bunda juga pernah pernah ke rumah Wiranto membawa karangan bunga. Namun malah anjingnya yang menggongong.
Bagi Bunda janji adalah hutang, mulutmu adalah harimaumu. Hingga sekarang janjinya tidak ada. Pada akhirnya pemerintah menerima sendiri akibatnya, setiap tahun apa yang terjadi pada mereka, korupsi makin menjadi.
Bunda Karsiah berasal dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Hendirawan Sie adalah anak tunggal dari Bunda Karsiah yang meninggal karena ditembak ketika berlangsungnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi pemerintahan orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Hendriawan ditembak dilehernya ketika ia berdiri dibalik pagar di lingkungan kampus Trisakti. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sumber waras yang tidak jauh dari kampusnya, namun nyawanya tidak dapat tertolong. Hendriawan meninggal dalam usia 20 tahun.Bunda membayangkan teman-teman seangkatan Hendriawan Sie, sudah beranak tiga. Mungkin bila Hendriawan Sie hidup. Ia pun sudah punya anak.
Namun bunda menyadari bahwa anaknya telah tiada. Ia sudah memaafkan penembak anaknya. Namun baginya ini tak sekedar soal maaf, tapi hukum harus ditegakkan. Bunda Karsiah ingin tahu dibawa kemana kasus anak satu satunya itu berjalan.
Untuk terus mengikuti kasus anaknya di Jakarta, Bunda hijrah ke Jakarta. Bunda bekerja sendirian. Tanpa anak dan suami. Sejak tahun 2003 Bunda Karsiah dipekerjakan di Koperasi Karyawan Trisakti oleh pihak Trisakti. Dengan menjaga koperasi ia menyambung hidupnya hari demi hari. Di koperasi Bunda bekerja apa saja, ia melayani merapihkan, dan menghitung barang.
Ia juga tinggal di belakang kampus Trisakti menunggu rumah milik Universitas Trisakti. Ia selalu dipanggil Bunda oleh mahasiswa Trisakti.
Bunda akan terus berjuang menuntut ditegakkannya kasus pelanggaran ini. Baginya, siapapun yang membawanya melangkah kalau jalannya baik akan ia ikutin. Tapi kalau ia dijadikan alat politik ia tidak mau, karena tidak ada untung baginya.
Bunda Karsiah ingin melihat upaya mahasiswa untuk memperjuangakan kasus Trisakti ini. Baginya kasus ini tidak hanya diperjuangakan kepresidenan mahasiswa, mahasiswa fakultas hukum, seluruh kampus dan mahasiswa. “Saya mau lihat sampai dimana perjuangan kalian semua, bukan hanya presidennnya tapi seluruh kampus, seluruh mahasiswanya.”
Apakah KaKa peduli? []