More

    Terkait Dugaan Kegiatan Penyadapan, Indonesia Panggil Dubes Australia Greg Moriarty

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    01 11 2013 kedutaan australiaIffah Nur Arifah
    Kementerian Luar Negeri Indonesia menuntut klarifikasi dan penjelasan dari Kedubes Australia di Jakarta atas pemberitaan media, tentang keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di kantor Kedutaan Australia di Jalan Rasuna Said, Jakarta.

    Dalam siaran pers Kementrian Luar Negeri dikatakan, Duta Besar Australia di Jakarta, Greg Moriarty, diminta datang ke Kementerian Luar Negeri hari Jumat (1 Nopember 2013) untuk dimintai penjelasan resmi terkait berita dimaksud.

    “Sebagai negara tetangga dan bersahabat, tindakan seperti yang diberitakan sama sekali tidak mencerminkan semangat hubungan bersahabat yang selama ini terjalin. Dan merupakan pelanggaran keamanan serius yang tidak dapat diterima oleh Pemerintah Indonesia,” demikian rilis Kemenlu.

    - Advertisement -

    Jurubicara Kedutaan Besar Australia di Jakarta Ray Marcelo menolak berkomentar atas pernyataan pers Kemenlu Indonesia. Ray Marcelo juga tidak memberikan kepastian apakah pihak Kedutaan Besar Australia akan memberikan klarifikasi yang diminta Indonesia.

    Tudingan mengenai penggunaan kedutaan besar Australia sebagai pos penyadapan juga diungkapkan oleh pakar intelejen Australia Des Ball dalam program Lateline ABC, Rabu (30/10/2013).

    Des Ball mengatakan Direktorat Sandi Australia – sebelumnya Direktorat Sandi Pertahanan- berbagi informasi dengan National Security Agency (NSA) Amerika Serikat. Ball mengatakan Australia mengawasi kawasan Asia Pasifik untuk kepentingan AS dengan menggunakan pos penyadapan lokal.

    Ball menyebut Australia memiliki 4 fasilitas utama yang menjadi bagian dari program XKeyscore, dari sistem komputer kontroversial milik NSA yang mencari dan menganalisa data di internet.

    Di antaranya markas Pine Gap yang dioperasikan bersama-sama di dekat Alice Springs, stasiun satelit diluar Geraldton di Australia Barat , fasilitas di Shoal Bay di dekat Darwin dan sebuah pusat data baru di Canberra. Keamanan menjadi fokus operasi agen intelejen Australia.

    “Informasi utama yang diprioritaskan adalah menemukan informasi terkait kegiatan terorisme, terutama jika ada peringatan terhadap insiden tertentu,” papar Ball.

    Ball juga menyebut Australia menggunakan kedutaan besar di Jakarta untuk keperluan penyadapan. “Australia sendiri menggunakan kedutaan besarnya untuk keperluan penyadapan dalam operasi yang diberi nama Reprieve, dimana Australia menggunakan kedutaan besarnya di kawasan untuk memonitor percakapan telepon lokal,” kata Ball.

    Ribut-ribut soal aksi spionase antarnegara ini mencuat setelah mantan pegawai intelijen Amerika Edward Snowden membocorkan dokumen rahasia yang mengungkapkan cara Amerika menggunakan puluhan miliar dolar setiap tahun untuk program mata-mata.

    Dari peta rahasia yang dibocorkan oleh Snowden terungkap, AS juga melakukan pemantauan terhadap fasilitas di Kedutaan Besar dan Konsulat termasuk di Jakarta, Kuala Lumpur, Phnom Penh, Bangkok, Yangon, Manila, Hong Kong, Taipei, Shanghai dan Beijing. []

    SUMBER : RADIO AUSTRALIA

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here