Ahmad Fauzan Sazli
Kuliah sambil bekerja kadang membuat waktu belajar tidak maksimal dan mempengaruhi nilai kuliah. Namun itu tidak berlaku bagi mahasiswi Jurusan Bahasa Perancis, Fakultas Budaya Universitas Gadjah Mada yang satu ini.
Meski kuliah sambil berkeja, Ia berhasil dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude bersama 268 wisudawan yang juga dinyatakan lulus cumlaude.
Namanya Esa Agita Anjani, 21 tahun. Ia kuliah sambil bekerja sejak dua tahun pertama kuliah di UGM, Esa.
Esa terpaksa mencari kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Pasalnya, mahasiswa asal Purworejo ini tidak lagi mendapat kiriman uang dari kedua orang tuanya.
“Usaha Papa collapse. Papa dan Mama bilang saat itu mereka nggak bisa ngirimin uang lagi. Mereka minta supaya saya bisa hidup mandiri,” kenang Esa.
Meski pada awalnya Shock dengan kondisi keputusan itu. Esa bisa memakluminya, karena pekerjaan sang ayah sebagai penjual kain, penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Beruntung, beasiswa dari Bidikmisi ia dapat sejak pertama kuliah di UGM tahun 2010. Esa pun tidak terlalu merisaukan keputusan orang tuanya tersebut.
Namun untuk memenuhi kebutuhan biaya hidupnya selama di Jogja, Esa memutuskan untuk mengajar les privat Bahasa Perancis. Ia mengajar mahasiswa prodi strata satu Sastra Perancis. Les privat ini dilakukan dua kali seminggu di rumah kosnya di daerah Sagan. Dari pekerjaan mengajar les privat itu, Esa menarik honor sebesar Rp 100 ribu per orang.
“Waktu itu ada 3 orang dari mahasiswa Sastra Perancis UNY yang ikut les,” ujarnya.
Selain mengajar les privat, Esa juga bekerja menjadi pemandu mahasiswa asing yang tengah menempuh pendidikan di The Indonesian Language and Culture Learning Service (INCULS) FIB UGM. Beberapa orang mahasiswa asal Australia dan dan Jerman pernah dipandu oleh Esa. Untuk pekerjaannya sebagai pemandu, ia dibayar Rp 50 ribu per jam.
Esa mengaku pernah mendapatkan pengalaman unik saat menjadi pemandu. Saat itu mahasiswa asal Australia memintanya untuk menjaga 3 orang anak-anaknya.
“Jadi seperti babysitter saja, tapi saya senang melakoninya. Kebetulan ibu dari anak-anak ini juga bisa Bahasa Perancis,” kata Esa.
Meski melakoni kuliah sambil kerja, perempuan yang bercita-cita menjadi dosen Bahasa Perancis ini tetap tidak meninggalkan tugas utamanya. Ia selalu datang kuliah tepat waktu. Hasilnya ua bisa menyelesaikan masa studinya dalam waktu 3 tahun 4 bulan dan lulus dengan predikat cumlaude.
Esa mengaku prestasi akademiknya tersebut, ia persembahkan sebagai ‘hadiah’ bagi Herlina Ika Djendrasti, ibunya. Salah satu pesan sang bunda pada saat awal kuliah ialah agar si sulung bisa lulus dengan nilai bagus. “Coba kamu bantu mama, kasih yang terbaik buat Mama saat kamu lulus,” kata Esa menirukan pesan ibunya.[]