More

    Bike for Lifestyle? Why Not!

    Siska Fitriana

    Ingatkah anda saat masih menjadi murid TK ataupun playgroup, jika ada pertanyaan, “apa contoh kendaraan roda dua?”. Mayoritas jawaban pertama mereka adalah sepeda. Hal ini bukannya tanpa alasan, karena usia prasekolah merupakan waktu bagi kebanyakan orang tua melatih anak mereka untuk naik sepeda. Mulai dari sepeda roda empat, dimana ada dua roda yang ditambahkan di bagian belakang sebagai penjaga keseimbangan, kemudian berangsur-angsur dilepas hingga akhirnya tersisa dua roda saat anak dapat mempertahankan keseimbangan.

    Beberapa sumber menyatakan sepeda awalnya ditemukan di Perancis pada abad 18 dan diberi nama velocipede. Namun, velocipede ini tidak berbentuk sama seperti sepeda yang kita kenal. Velocipede terbuat dari kayu dengan diameter roda yang besar, tanpa engkol dan tanpa setang, untuk menaikinya terasa tidak nyaman. Baron Karls Drais von Sauerbronn adalah orang yang berjasa untuk menyempurnakan velocipede ini hingga mempunyai mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Pengaruh bersepeda ini dibawa ke Indonesia oleh Belanda yang ditularkan kepada golongan darah biru hingga akhirnya menjadi sebuah gaya hidup kalangan atas di masanya.

    - Advertisement -

    Kini sepeda merupakan salah satu alat transportasi roda dua yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan bersepeda dijadikan sebagai gaya hidup oleh sebagian kalangan. Beberapa alasan yang melatarbelakangi mereka untuk menjadikan bersepeda sebagai gaya hidup antara lain karena sepeda merupakan alat transportasi yang murah, tidak memerlukan bahan bakar, tidak berpolusi, efisien untuk jarak dekat, sarana olahraga, hingga gengsi.

    Dewasa ini, banyak komunitas pecinta lingkungan yang mengkampanyekan untuk mengurangi gas buang kendaraan bermotor dengan memakai sepeda. Oleh karena itu, sering kita temui slogan bike to work, bike to campus, dan bike to school. Hal ini bukannya tanpa alasan dan patut untuk kita dukung sepenuhnya secara positif. Polusi udara merupakan salah satu masalah yang saat ini sedang dihadapi masyarakat. Asap kendaraan bermotor mengandung SOx, NOx, CO, CO2, Timbal (Pb), dan senyawa hidrokarbon berbahaya lainnya.

    Menurut data dari publikasi ilmiah UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) 600.000 orang menderita asma tiap tahunnya akibat udara yang kotor di Jakarta. Asap tersebut menyumbang bagian 26% dari total emisi yang dihasilkan oleh Indonesia pada tahun 2011, sekaligus menyumbang 33% dari total emisi secara global. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang aktif bereaksi dan menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang berakibat pada Pemanasan Global.

    Menurut data statistik dari bps pusat jumlah kendaraan bermotor terus mengalami kenaikan setiap tahunnya dalam 2 dekade terakhir. Bisa dibayangkan bagaimana buruk dampak yang kita terima. Oleh karena itu perlu sebuah solusi untuk menanggulanginya. Perubahan gaya hidup untuk memakai sepeda sebagai alat transportasi merupakan salah satu jawabannya.

    Saat ini banyak komunitas sepeda berkembang layaknya jamur di musim hujan sebagai jawaban atas tantangan dari masalah global yang kita hadapi. Adanya komunitas tersebut membuat bersepeda menjadi hobi yang menarik untuk dibanggakan terutama bagi kawula muda. Bersepeda merupakan salah satu cara keren untuk membantu menanggulangi dampak pemanasan global sekaligus membuat tubuh dan kantong semakin sehat. Sekarang kita tahu alasan seberapa pentingnya memakai sepeda dan meminimkan penggunaan sepeda motor.

    Bike to work? Why not? Bike to school? It’s so cool! Bike to campus? We should get used.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here