Devi Santi Maharani
Dapur merupakan ruangan yang paling banyak membuang energi dibandingkan tempat – tempat lainnya dalam rumah. Berhubung saya kuliah di bidang teknik sipil dan perencanaan, saya mempunyai ide untuk membuat desain dapur yang eco-friendly. Seperti yang selama ini kita ketahui, merenovasi sebuah dapur sangat susah, karena sudah terlalu banyak barang dan kita bingung bagaimana merenovasinya agar sesuai dengan keinginan kita.
Menurut saya ada beberapa langkah yang dapat kita perhitungkan dalam mendesain dapur eco-friendly.
Langkah pertama, kita harus mempertimbangkan keadaan dapur kita saat ini. Maksud saya adalah bagaimana cara kita memilah barang-barang lama atau baru yang akan kita simpan. Jika kita tidak dapat memilah dengan baik, barang-barang itu akan membuat dapur semakin sempit dan tidak dapat bergerak dengan leluasa. Contohnya lemari makanan, oven bekas, atau yang lain. Jika kita sudah tidak membutuhkannya lagi, kita harus mengetahui bagaimana cara membuang atau mendaur ulangnya.
Cara yang paling mudah adalah dengan menjualnya lagi. Jaman sekarang, keberadaan internet sangat dibutuhkan, apalagi dengan adanya online shop. Bisa saja apa yang kita buang, dapat digunakan bagi orang lain yang lebih membutuhkan. Lalu yang terpenting, kita harus mempertimbangkan desain yang dapat membantu kita untuk mengatur barang sisa atau sampah. Seperti menyediakan beberapa tempat sampah untuk memisahkan barang yang dapat di daur ulang, dan yang tidak.
Langkah kedua adalah perencanaan lantai atau ruang gerak. Caranya dengan menghubungkan 4 hal penting, yaitu bak cuci piring, kompor /oven, lemari pendingin, dan tempat kita mengolah makanan tanpa kompor atau sebagainya. Kita harus meminimalisir gangguan lalu lintas 4 hal tadi.
Ada satu cara yang menurut saya mudah, yaitu dengan membayangkan saat memasak makanan favorit kita. Kita dapat menggambarkan pola secara tidak langsung, bagaimana proses kita pertama kali mengambil bahan dari lemari pendingin, alat dapur, kompor, dan seterusnya. Jika terlalu banyak persimpangan atau terlalu jauh kita mengaksesnya, sebaiknya kita memikirkan ulang desain yang kita buat.
Langkah ketiga adalah bagaimana cara kita mengatur konsumsi energi dan air. Contohnya dengan memilih kompor gas atau kompor listrik dibandingkan kayu bakar atau batu bara. Keuntungan kompor gas sendiri dapat di pakai berkali-kali dan murah. Tetapi kita harus berhati-hati karena dapat terjadi kebocoran gas yang memicu kebakaran. Sedangkan kompor listrik yang memang didesain sebagai produk ramah lingkungan, mempunyai keuntungan lebih aman dan cara penggunaannya mudah, tetapi menghabiskan harga lebih mahal dibanding kompor gas.
Saya lebih menyarankan kompor gas atau listrik, karena kayu bakar dan batu bara menghasilkan asap yang berbahaya, lebih banyak energi yang diperlukan untuk membakar, dan tidak dapat memanas lebih cepat serta tidak langsung dialihkan terpusat ke alat pemasak. Contoh lainnya dengan memasang mesin penghasil udara (aerator) dalam keran bak cuci piring. Dengan memasang aerator, kita dapat mengurangi aliran air sampai seper-tiga dari aliran standarnya.
Langkah keempat, dengan memilih oven dan lemari pendingin yang hemat energi. Kita dapat mengetahui saat kita membelinya. Karena sangat percuma jika kita membeli oven atau lemari pendingin yang besar tetapi energinya sama seperti yang ukuran kecil.
Kesimpulan saya, dalam merenovasi atau desain ulang dapur rumah kita, sangat diperlukan dapur yang eco-friendly, agar dapat mengurangi dampak dari global warming.[]