Aminah Linda Wardani
Dunia mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sejak revolusi industri hingga sekarang. Setiap negara berpacu meningkatkan perekonomian dan salah satu bidang yang signifikan dipilih adalah melalui sektor industri. Industri pun tak pelak menjadi hal yang menimbulkan berbagai ekses berbahaya bagi lingkungan mengingat output dari industri bukan hanya kemajuan melainkan juga pencemaran.
Meskipun begitu, negara-negara tetap akan berupaya meningkatkan kapasitas ekonomi mereka melalui sektor industri meskipun dampak terhadap alam kian mengintai. Untuk bersepakat dengan hal tersebut, mereka memikirkan cara bagaimana bisa meminimalisir dampak negatif dari industri dan akhirnya didapatlah jalan tengah yang kemudian dikenal dengan istilah Green Growth.
Green Growth merupakan pembangunan berbasis lingkungan yang dipelopori UNEP (United National Environmental Programm) yang kemudian diadaptasi beberapa negara di dunia salah satunya Korea Selatan dalam bentuk kebijakan “Low Carbon, Green Growth” tahun 2008. Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah pemanfaatan teknologi untuk menghemat sumber daya dengan mengembangkan smart grid network.
Smart grid network adalah sebuah sistem penghematan energi dengan cara mengatur konsumsi energi setiap rumah tangga dengan sebuah kendali sistem IT yang terintegrasi. Setiap rumah tangga juga dapat menciptakan energinya sendiri dengan kreativitas mereka masing-masing dan pemerintah akan membeli energi tersebut kemudian disalurkan kembali dengan lebih proporsional.
Pemanfaatan IT dalam mengatasi kelangkaan energi adalah jalan hijau (green way) yang ditempuh Korea Selatan saat ini. Smart grid network inipun kini telah mulai dikembangkan di Indonesia meski belum terlalu dikenal.
Dalam mencapai jalan hijaunya sendiri, Indonesia yang merupakan negara agraris dan maritim yang sangat potensial dapat menggunakan potensi tersebut. Salah satu cara yang saya pikirkan adalah mulai memaksimalkan sektor non industri seperti sektor perikanan, pertanian, kehutanan maupun perkebunan dengan terus meningkatkan kapasitas teknologi dalam hal penananam, pengolahan, pendistribusian sampai pada pemasarannya.
Indonesia dapat memulai jalan hijau dengan kembali fokus pada bidang agrarisnya, selanjutnya mengolah hasil tersebut dengan teknologi modern dan ramah lingkungan kemudian memasarkannya ke ranah lokal maupun dunia internasional melalui pemasaran kreatif berbasis IT. Hal ini dapat terjadi jika ada inisiasi yang kuat dari pemerintah sebagai ujung tombak yang merupakan pembuat kebijakan. Pemerintah harus menciptakan kebijakan hijau yang tepat dan setiap masyarakat harus melaksanakan bulir-bulir kebijakan tersebut secara maksimal.
Namun jika sistem top down seperti ini terlalu sulit, maka inisiasi yang dimulai dari setiap individu juga dapat menjadi opsi. Kita dapat mulai mempelajari apapun yang berkaitan dengan green lifestyle melalui internet kemudian mulai melaksanakannya dari hal-hal kecil. Green lifestyle dapat dimulai dari menghemat pemakaian batere HP, mendaur ulang sampah menjadi barang yang lebih kreatif dan bersepeda ke kampus.
Selain itu, daripada mengkonsumsi produk luar negeri lebih baik kita mengkonsumsi produk-produk dalam negeri yang tentu saja dapat memberi manfaat bagi masyarakat di negara kita sendiri.
Dengan lebih mengenal produk dalam negeri, kita akan menyadari betapa potensial dan berharganya apa yang kita punya sehingga tidak mustahil dapat terbersit keinginan untuk kemudian secara kreatif mengembangkan itu semua. Hasil yang menjadi tujuan tentu saja kita dapat memberdayakan masyarakat di sekitar kita sendiri dan berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi sekaligus perlindungan lingkungan di Indonesia. []