Judul Asli : Efektivitas Tanaman Trembesi (Samanea saman) dan Biochar Dalam Mengurangi Efek Rumah Kaca
Listihani – Institut Pertanian Bogor
Global warming adalah naiknya suhu bumi (daratan, lautan, dan atmosfer) di atas rata-rata. Penyebab global warming tertinggi adalah efek rumah kaca (peningkatan CO2, CH4, dan N2O) dan peningkatan pupuk kimia pada lahan pertanian. Sampai sekarang, penghasil polusi udara terbesar adalah industri dan kendaraan bermotor yang belum dapat teratasi. Polusi udara yang tinggi menyebabkan lapisan ozon mengalami penipisan terus-menerus, akibatnya kemarau yang panjang, panen yang tidak menentu, dan curah hujan yang tinggi.
Penulisan ini bertujuan mengurangi efek rumah kaca dengan menanam pohon trembesi (Samanea saman) yang diketahui sebagai pengikat karbondioksida tertinggi dan budidayanya dipadukan dengan arang hayati (biochar).
Tanaman trembesi (Samanea saman) yang pada penelitian sebelumnya telah diteliti oleh dosen Institut Pertanian Bogor yang bernama Endes N Dahlan pada tahun 2007 terbukti tanaman tersebut mampu mengikat karbondioksida tertinggi yaitu sebesar 28.448,39 kg/pohon tiap tahun daripada tanaman yang lain.
Selain itu, tanaman trembesi akarnya kuat. Penelitian sebelumnya masih memiliki kekurangan yaitu penanaman tanaman trembesi kurang disosialisasikan, budidayanya masih menggunakan bahan kimia, dan belum dipadukan dengan bahan lain yang lebih efektif mengurangi polusi udara.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah menanam tanaman trembesi dipadukan dengan biochar yang memanfaatkan limbah tanaman pertanian atau kehutanan (jerami, tongkol jagung, batok kelapa, dll). Biochar merupakan arang hayati yang dihasilkan dari pembakaran dengan temperatur 300-500 0C dalam kondisi oksigen terbatas untuk menghindari penguapan gas dan menyisakan karbon, sehingga pembuatan biochar ramah lingkungan (Lehmann et al. 2006).
Pembuatan arang hayati memerlukan tiga proses, yaitu pirolisis, gasifikasi, dan karbonisasi hidrotermal. Pirolisis lambat mempunyai manfaat ganda yaitu pengelolaan limbah, menghasilkan energi yang dapat diperbaharui, mitigasi perubahan iklim dan adaptasi, dan meningkatkan produktivitas pertanian (Chan et al. 2007). Biochar diaplikasikan di dalam tanah sebagai penampung CO2 secara persisten dan lebih efektif daripada pupuk hayati.
Biochar bermanfaat dalam mengurangi karbon di atmosfer. Mekanismenya yaitu tanah yang diperkaya dengan biochar kebutuhan irigasi dan pemupukannya akan berkurang, mengurangi pembusukan tanaman dan limbah pertanian yang mengeluarkan gas metan (CH4).
Pengaplikasiannya yaitu menanam tanaman trembesi disekeliling industri, di pinggir jalan raya, dan di setiap pekarangan rumah tangga harus ditanami tanaman trembesi minimal satu pohon. Arang hayati diberikan pada saat penanaman dan seminggu sekali saat tanaman sudah tumbuh. Korelasi positif antara tanaman trembesi dengan arang hayati dalam pengikatan karbondioksida dapat dipadukan menjadi lebih bermanfaat dalam mengurangi gas rumah kaca.
Penanaman tanaman trembesi yang dipadukan dengan arang hayati harus disosialisasikan ke seluruh masyarakat dan semua pihak-pihak yang terkait, terutama pemilik industri. Efek rumah kaca dapat dikurangi dengan adanya interaksi positif antara tanaman trembesi dan biochar dalam pengikatan CO2 dan mengurangi metan dari limbah pertanian. Global warming dapat diatasi bila riset-riset yang telah ditemukan diaplikasikan bersama. []
Daftar Pustaka
Chan KY, Zwieten LV, Meszaros, Downie A, Joseph. 2007. Agronomic values of greenwaste biochar as a soil amendment. Australia J. of Soil Res. 45(8):629-634.
Lehmann J, Gaunt J, Rondon M. 2006. Biochar sequestration interrestrial ecosystems-a review. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change 11:403-427.