Budhi Gustiandi
Mauna Loa Observatory (MLO) merupakan sebuah fasilitas penelitian yang telah memantau dan mengumpulkan data terkait dengan perubahan kandungan-kandungan atmosfir secara kontinyu. Udara yang tidak tercemar, lokasi yang terpencil, jumlah vegetasi yang sedikit, dan minimnya aktifitas manusia di lingkungan sekitarnya, membuat MLO menjadi tempat ideal yang terpilih untuk melakukan pemantauan atmosfer dalam kaitannya dengan perubahan iklim.
Selain itu, MLO juga memiliki misi memantau perubahan lapisan ozon. Observatorium ini merupakan bagian dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), sebuah lembaga milik pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan atmosfer.
MLO terletak di Pulau Hawaii pada ketinggian 3.397 m di sebelah utara lereng gunung berapi Mauna Loa. Dibangun pada tahun 1957, MLO telah berkembang menjadi fasilitas pemantauan atmosfer jangka panjang terpenting di dunia dan merupakan lokasi untuk menentukan konsentrasi-konsentrasi karbon dioksida (CO2) di dalam atmofer berskala global.
Observatorium ini terdiri dari 10 bangunan yang mengukur 250 parameter atmosfer berbeda yang dioperasikan oleh 12 orang pegawai NOAA beserta peneliti dan perekayasa dari lembaga lain.
Penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim adalah peningkatan kadar gas rumah kaca di dalam atmosfer bumi, seperti CO2, karbon monoksida (CO), metana (CH4), klorofluorokarbon (CFC), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2), nitro oksida (N2O), radon, ketebalan aerosol, dan spektrum pancaran sinar matahari. Dari berbagai macam gas tersebut, CO2 merupakan gas rumah kaca yang paling dominan.
CO2 tercampur secara merata di dalam atmosfer, sehingga pengamatan terkait kadarnya di dalam atmosfer merupakan sebuah indikator yang sangat kuat terkait perubahan-perubahan kandungan di dalam atmosfer tersebut.
Sejak dimulainya pengukuran-pengukuran secara presisi di MLO terkait kadar CO2 di dalam atmosfer pada bulan Maret 1958, kadar rata-rata tahunannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, peningkatan tersebut selalu mengalami percepatan dari dekade ke dekade. Untuk sepuluh tahun terakhir saja, laju kenaikannya sudah lebih dari dua kali lipat kenaikan pada tahun 1960an. Batas atas kadar CO2 di dalam atmosfer yang aman adalah sebesar 350 ppm (parts per million).
Namun, sejak awal tahun 1988, kadar CO2 di dalam atmosfer telah melebihi batas aman tersebut.
Pada tanggal 9 April 2014, MLO melaporkan kadar rata-rata harian CO2 di dalam atmosfer sebesar 401,48 ppm, kadar rata-rata mingguan (30 Maret – 5 April 2014) sebesar 400,55 ppm, kadar rata-rata bulanan (Maret 2014) sebesar 399,56 ppm, dan kadar rata-rata tahunan (2013) sebesar 396,48 ppm. Kadar rata-rata tahunan ini lebih besar daripada kadar rata-rata tahunan untuk tahun 2012 sebesar 393,82 ppm.
Kenaikan kadar rata-rata tahunan pada dekade sebelumnya (2004 – 2013) adalah sebesar 2,1 ppm per tahun dan pada dekade sebelumnya lagi (1994 – 2003) adalah sebesar 1,9 ppm per tahun. Hasil-hasil penelitian masih menunjukkan bahwa kadar rata-rata CO2 di dalam atmosfer memiliki kecenderungan untuk terus naik.
MLO memberikan informasi lengkap dan aktual terkait hasil pengukuran kadar CO di dalam atmosfer beserta metode yang digunakan kepada masyarakat dunia melalui sistem informasi berbasis web yang beralamat di http://co2now.org. Hal ini dilakukan agar masyarakat dunia akan lebih sadar terhadap kondisi atmosfer planet bumi dan melakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan pemanasan global yang sedang terjadi pada saat ini.[]