Doni Habibur Rahman
Global Warming merupakan suatu proses di mana terjadi peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Dalam sebuah penelitian, dibuktikan bahwa suhu di bumi telah meningkat sebesar 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Apabila hal tesebut dibiarkan, maka akan terjadi gangguan terhadap bumi, jika diibaratkan bumi sebuah tubuh kita, global warming berarti peningkatan suhu tubuh kita yang artinya kita mengalami demam (fever).
Di dalam ilmu kedokteran, jika tubuh kita mengalami demam yang cukup tinggi maka dapat menyebabkan kerusakan saraf. Hal tersebut juga berlaku pada bumi, jika suhu di bumi meningkat terus menerus, maka dapat menyebabkan kerusakan pada bumi. Peningkatan suhu di bumi (global warming) dapat disebabkan terutama karena kurangnya jumlah pohon di bumi.
Pohon sangat penting dalam hal mencegah dan menanggulangi global warming karena pohon dapat menyerap karbondioksida yang terperangkap di atmosfer (rata-rata 25kg/tahun) untuk digunakan sebagai proses fotosintesis yang nantinya akan menghasilkan oksigen (untuk 2 orang) setiap harinya. Kembali kepada perumpamaan di atas, jika tubuh kita mengalami demam (global warming) maka akan diberikan obat penurun panas paracetamol (dalam hal ini penanaman pohon berupa penghijauan atau disebut reboisasi).
Reboisasi merupakan penanaman pohon kembali pada lahan yang kosong akan tetapi diutamakan di daerah yang ramai akan penduduk,banyak alat transportasi seperti sepeda motor,mobil dan angkot. Hal tersebut bertujuan agar karbondioksida yang dihasilkan alat transportasi tersebut dapat terserap maksimal oleh pohon dan menghasilkan gas oksigen yang sangat berdampak positif bagi manusia. Jika kita bayangkan udara yang kita hirup lebih banyak mengandung karbondioksida dari pada oksigen tentunya suhu di daerah kita akan naik dan pernafasan kita juga akan sesak.
Dengan berbagai penjelasan di atas dapat kita ketahui mengenai pentingnya penanaman pohon kembali (Reboisasi) dalam menghadapi global warming. Hal tersebut, tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mensosialisasikan tentang pentingnya reboisasi kepada masyarakat Indonesia. Dari hal tersebut, penulis memberikan sebuah ide agar pemerintah memasukkan program reboisasi di dalam kurikulum pendidikan di Indonesia untuk semua jenjang. Karena setelah mencari data berdasarkan search engine, tidak terdapat satu negarapun yang mencantumkan reboisasi sebagai pelajaran wajib di seluruh jenjang pendidikan.
Dari hal tersebut, sangat dipastikan bahwa tingkat kesadaran akan pentingnya reboisasi dalam menghadapi global warming yang nantinya akan meliputi teori dan praktek. Selain itu, berdasarkan data BPS tahun 2011-2012 diperoleh data bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah Pelajar/Mahasiswa. Berikut penulis sajikan tabel yang menunjukkan hal tesebut :
Tingkat Pendidikan |
2011 |
2012 |
|
Pebruari |
Agustus |
Pebruari |
|
1 |
28,53 |
28,84 |
28,92 |
2 |
19,07 |
18,87 |
17,99 |
3 |
23,44 |
23,68 |
23,60 |
4 |
7,96 |
8,05 |
9,20 |
TOTAL |
79 |
79,44 |
79,71 |
Sumber : Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik)
Keterangan :
1) SD 2) SMP 3) SMA 4) Mahasiswa
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan pendidikan di semua jenjang, oleh karena itu jika kita mensosialisasikan serta mewujudkan reboisasi melalui pelajaran wajib dalam semua jenjang yang meliputi teori dan praktek sangat jelas bahwa Indonesia dapat mengurangi dampak bahkan mengurangi tingkat global warming yang terjadi.
GLOBAL WARMING? NO WAY
REBOISASI? THAT’S THE WAY