Boiman Manik
Kita tentu sudah merasakan dampak aktual dari global warming selama ini. Sudah banyak pemberitaan mengenai global warming yang kian hari kian memprihatinkan, kutub utara yang sudah mencair, meningkatnya suhu, semakin menjoroknya garis pantai, dan berbagai gejala alam lain yang mengakibatkan kerugian secara ekonomi maupun ekologi.
Sudah banyak pula solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan global warming ini, baik oleh instansi pemerintah, lembaga terkait, ataupun pihak-pihak yang mempunyai empati terhadap lingkungan.
Namun banyak dari solusi-solusi tersebut terpental akibat kebutuhan-kebutuhan manusia yang diperoleh dari penggerusan alam, utamanya didaerah perkotaan. Perkotaan merupakan aktor utama dari ganasnya efek global warming saat ini. Ekspektasi terhadap pemenuhan kebutuhan hidup mulai dari kebutuhan yang inferior hingga kebutuhan mewah menutup mata mereka terhadap rapuhnya alam ini.
Ini tak luput dari kodrat manusia sebagai homo economicus, yang cenderung tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapat, sehingga secara membabi buta mereka memperdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan mereka.
Urban Farming Solusi Nyata Saat Ini
Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi (Enciety, 2011).
Dari definisi tersebut, dapat kita ketahui bahwa salah satu model penyelamatan lingkungan adalah dengan urban farming. Karena dalam aplikasinya urban farming hanya bermodalkan barang atau sampah yang bisa digunakan sebagai media tanam contohnya botol plastik. Seperti diketahui plastik merupakan salah satu penopang terjadinya global warming, karena dalam pembuatannya membutuh energi yang banyak serta limbah yang merusak lingkungan, sifatnya pun sulit untuk diuraikan oleh tanah. Penggunaan plastik dalam jumlah besar dalam penerapan urban farming akan turut membantu mengurangi global warming.
Urban farming juga membantu meningkatkan kesegaran udara kota dan meningkatkan kebersihan. Dengan bantuan fotosintesis tanaman yang menghasilkan oksigen, maka tingkat kebersihan kota akan semakin membaik. Prinsip reuse dan recycle dalam urban farming juga berperan dalam memperindah perkotaan dan mengurangi dampak negatif dari sampah-sampah yang sulit diuraikan.
Tidak hanya terhadap lingkungan saja, secara ekonomi urban farming juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat kota. Penelitian Nuhfil Hanani AR yang berjudul Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota (2010) menunjukkan bahwa di Amerika pertanian kota mempunyai peranan dalam pengurangan kemiskinan, kerawanan pangan dan mengatasi permasalahan sampah.
Pertanian kota dapat menjamin ketersediaan pangan yang segar dan bergizi, sehingga meningkan asupan sayuran dan buah dan dapat menghemat pengeluaran 15-30 persen anggaran pada pangan.
Urban farming yang dikenal mudah dan murah dalam penerapannya sudah sepatutnya menjadi ujung tombak dalam pengurangan efek global warming. Konsepnya yang sederhana mempunya pengaruh yang besar dalam peremajaan perkotaan yang menjadi aktor utama terjadinya global warming ini.
Masyarakat harus menjadikan urban farming sebagai gaya hidup apabila tidak ingin anak cucunya kelak tidak mengetahui keindahan bali, lombok, ataupun daerah-daerah lain yang menghilang ditelan global warming. Mulailah dari hal sederhana ini namun memberi efek luar biasa bagi kita.[]