More

    Bermodal 4 Juta, Mahasiswa Itenas Kembangkan Bisnis Studio Gimbal

    Mega Dwi Anggraeni

    Dreadock Studio. Foto. Mega Dwi Anggraeni
    Dreadock Studio. Foto. Mega Dwi Anggraeni

    BANDUNG, KabarKampus – Salon ini terletak di Jalan Bahureksa, Bandung.  Suasananya berbeda dengan salon biasa. Selain terlihat lengang, salon kecil itu juga terkesan tenang. Dengung mesin pengering rambut diganti dengan suara musik dengan berbagai ganre termasuk  musik reggae.

    Tamu yang datang ke tempat ini pun bukan untuk memotong atau creambath. Mereka datang untuk menyasak dan menjahit rambut atau merapikan jahitan dan mencuci rambut gimbal.

    - Advertisement -

    Tempat tersebut adalah salon gimbal. Pemiliknya menamakannya dengan Dreadock Studio. Pemilik tempat tersebut adalah , Dicky Alfarizy, Mahasiswa Desain Komunikasi visual, ITENAS, Bandung.

    Berawal dari ketertarikannya dengan rambut gimbal alias dread lock, pemuda yang akrab dipanggil Docko ini nekat membuat rambutnya menjadi seperti Bob Marley pada 2007 silam. Sejak itu ia pun mulai belajar menggimbal rambutnya sendiri.

    “Waktu di Malaysia, rambut sambungannya lepas. Karena yang menggimbal di Indonesia jadi saya sambungin sendiri,” katanya kepada Kabar Kampus.

    Usahanya tersebut membuahkan hasil. Setelah lulus dari Go Academy, Kulala Lumpur, Malaysia pada 2011, Docko kembali ke Indonesia dan mulai membuka jasa menggimbal rambut. Tetapi karena modalnya terbatas, Docko hanya melakukannya ketika ada yang meminta.

    “Macam salon door to door saja, saya lupa dulu menghasilkan berapa. Tetapi waktu itu uang yang dihasilkan belum terkumpul banyak,” katanya.

    Di tahun yang sama, selain kembali kuliah Docko juga membuka salon. Hanya saja saat itu dia mendapat bantuan dari orang tuanya serta bekerjasama dengan seorang temannya yang bernama Jim. Maka, salon gimbal pertama hadir di dekat rumahnya, kawasan Margahayu Raya, Bandung dengan nama Dock and Jim Dread Lock Salon.

    “Modal buka salon yang pertama sekitar dua juta rupiah, tapi tempat kan dulu punya orang tua. Saya hanya mengeluarkan uang untuk listrik dan air, aksesoris dan lainnya saya bawa barang-barang tidak terpakai yang ada di rumah,” katanya.

    Sejak membuka usaha tersebut, nama Docko mulai dikenal. Namun, usaha yang dia rintis bersama temannya harus berhenti di tengah jalan. Dock and Jim Dread Lock Salon pun tutup.

    Kesukaan Docko pada rambut gimbal tidak membuatnya berhenti di tengah jalan. September 2013, dia kembali membuka usaha salonnya di Jalan Bahureksa, Bandung dan mengganti nama tokonya dengan Dreadock Studio.

    “Yang sekarang benar-benar membuka sendiri, modalnya empat juta saja. Lumayan, semua pengeluaran bisa tertutup. Karena itu yang terpenting, tidak punya hutang,” imbuhnya.

    Pemuda kelahiran 2 September 1989 ini juga mengaku, selain gimbal, bisnis pun menjadi bagian dari hidupnya.Ketertarikannya pada dunia bisnis membuat Docko mengikuti berbagai lomba. Selama menekuni bisnis menggimbal rambut, Docko sudah mengantungi beberapa penghargaan. Salah satunya adalah Bisnis Terkinclong dari Adu Ide pada awal 2014 lalu.

    “Tahun 2012 juga sempat masuk 30 besar Wirausaha Mandiri, sebelumnya tahun 2011 masuk 20 besar Honda Youth Entrepreneur,” ujarnya.

    Kini, selain membuka jasa menggimbal rambut di studionya, Docko pun membuat brand untuk marchendise yang juga dia jual di studionya. Selain itu, dia juga bekerjasama dengan perajin akesoris rambut dan perajin rambut gimbal untuk mengembangkan lahan bisnisnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here