Sulistyawati Dyah
Green lifestyle hendaknya mampu diterapkan oleh civitas akademika sebagai bentuk respon terkait tantangan keberlanjutan masa depan bumi.
Indonesia yang notabene dikenal sebagai negara maritim, pada tahun 2025 akan mengalami kelangkaan air bersih. Pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan ketersediaan air di bumi dan perilaku masyarakat yang boros air rupanya menjadi penyebab utama. Tentu hal ini patut menjadi menjadi perhatian semua pihak.
Kelangkaan air memiliki efek domino keberlanjutan kahidupan manusia di Indonesia. Ketahanan pangan mandiri, kesehatan, dan pembangit listrik sangat terpengaruh oleh ketersediaan air.
Mengapa harus civitas akademika? Sebagai pelopor pendidikan sekaligus penggodok intelektual muda seharusnya lebih peduli mengenai bumi Indonesia yang semakin tua. Krisis air yang sudah lama didengung-dengungkan hendaknya menjadi tolakan berbuat lebih.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka menjaga efisiensi pengunaan air. Salah satu yang menjadi perhatian menarik yakni penggunaan kembali air bekas wudhu.
Dalam lingkup ini, masjid-masjid yang berada di wilayah kampus menjadi sorotan akan ketersediaan air yang mencukupi untuk berwudhu. Seperti yang kita ketahui, ratusan mahasiswa setiap fakultas menggunakan air bersih untuk berwudhu setiap harinya. Tidak bisa dihitung lagi berapa liter air yang telah terpakai.
Terlintas di benak bahwa air limbah saja bisa didaur ulang menjadi air siap pakai kembali apalagi air wudhu yang tingkat tercemarnya sangat rendah. Air wudhu hanya berkontak dengan kulit manusia , oleh sebab itu peluang untuk digunakan kembali sangat besar.
Sangat disayangkan apabila air wudhu mengalir begitu saja ke got. Oleh sebab itu, dibutuhkan saluran tepat untuk air wudhu ke suatu bak atau tempat penampungan. Selanjutnya bisa disalurkan untuk pengairan tanaman hias kampus atau setelah disaring menjadi air yang kembali jernih seperti semula untuk suplai air kolam.
Teknologi pengaturan air ini tentunya memerlukan perencanaan yang matang, riset, tata kelola, adaptasi teknologi, evaluasi dan pemeliharaan jangka panjang. Jika terlaksana dengan baik maka akan menghemat biaya PDAM dan tentunya menjaga kelestarian air. Upaya ini sekaligus sebagai tahapan menuju Masjid Kampus Go Green.
Dapat disimpulkan bahwa daur ulang air wudhu diharapkan dapat dilakukan civitas akademika dalam rangka efisiensi penggunaan air. Mewujudkan kampus educopolis merupakan impian universitas-universitas di Indonesia. Isu ekologi menjadi perhatian penting agar semakin peduli dengan nasib tanah air Indonesia.
Sumber:
Siti Rizkika Anisa. “Indonesia Bisa Mengalami Krisis Air Tahun 2025”. Beritasatu. 22 Maret 2014. Web. Diakses pada 12 April 2014.