ABC AUSTRALIA NETWORK
Jason Rawlins
Para peneliti di Queensland mengungkapkan, cacing tambang parasit bisa menjadi kunci dari upaya untuk mengurangi sejumlah gejala yang muncul pada gangguan usus.
Cacing tambang, jenis parasit yang umum terdapat di negara berkembang, disuntikkan secara sengaja ke mereka yang terkena gangguan usus. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari percobaan klinis yang berlangsung di Rumah Sakit Pangeran Charles di Brisbane dan Universitas James Cook.
Ahli pencernaan, Dr. John Croese, mengatakan, tes awal yang dilakukan memiliki hasil positif sehingga tes berikutnya telah dijadwalkan untuk awal tahun depan.
Ia menuturkan, selama proyek penelitian ini berlangsung, para pasien dengan gangguan usus, yang telah mendapat suntikan, menjadi ‘cukup toleran’ terhadap gluten atau protein lengket pada gandum.
“Ini akan melegakan mereka yang menderita gangguan usus. Apakah ini akan benar-benar menyembuhkan penyakit itu atau tidak, masih harus dilihat lagi,” jelas Dr. John.
Gangguan usus adalah penyakit kekebalan tubuh yang disebabkan oleh gluten, atau protein bertekstur lengket yang terdapat pada gandum putih, gandum hitam, jelai atau gandum yang dipakai untuk membuat bir, dan havermut.
Ketika penderita gangguan usus mengkonsumsi gluten, reaksi kekebalan tubuh yang tak normal akan menyebabkan peradangan dan kerusakan pada organ perut.
Jika tak dirawat, gangguan usus bisa menimbulkan berbagai gejala dan masalah kesehatan. Gangguan ini mempengaruhi orang-orang dari berbagai usia baik laki-laki atau perempuan.
Dr. John menuturkan, hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pasien, sejauh ini, sungguh mengagumkan.
“Sebelumnya orang-orang ini lebih memilih lari 1 mil ketimbang makan satu helai spaghetti dan di akhir penelitian, mereka mengkonsumsi 75 helai spaghetti dalam satu hari serta merasa lebih baik,” ujarnya.
Ia mengutarakan, para peneliti masih belum yakin apa yang menyebabkan reaksi itu.
“Kami masih meneliti satu molekul. Kemungkinan ada banyak komponen berbeda dari sekresi cacing tambang yang memanipulasi sistem kekebalan tubuh. Ini adalah kepingan besar yang harus disatukan,” sebutnya.
Dr. John mengatakan, ia berharap agar tim peneliti mampu melakukan percobaan klinis yang acak tahun depan.
“Saat itulah kami akan punya pemeriksaan yang sesuai dan berimbang serta cukup orang untuk mendapat hasil yang kuat, kita akan lihat apakah ini akan membawa perbedaan,” rincinya. []