Mega Dwi Anggraeni

BANDUNG, KabarKampus – Beragam reaksi terhadap film The Look of Silence (Senyap) muncul dari para penonton yang umumnya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung. Beberapa mahasiswa mengaku datang ke Auditorium Institut Franḉais Indonesia (IFI) Bandung, lantaran penasaran dengan sejarah Indonesia. Sebagian lagi mengaku ingin mengetahui film Senyap karena sudah menonton film sebelumnya, The Act of Killing (Jagal).
Naufal misalkan, mahasiswa dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung ini mengaku belum pernah menonton film dokumenter besutan Joshua Oppenheimer sebelumnya. Tetapi rasa penasaran membawanya menonton film Senyap, yang diputar di Auditorium Rabu (10/12/2014) sore kemarin.
“Film ini menurut saya sangat penting untuk disebarluaskan. Kenapa? Karena film ini bisa membuka mata saya tentang G30S, jadi bisa membuka mata banyak pihak,” katanya kepada Kabar Kampus melalui pesan singkat.
Naufal mengaku penasaran dengan film yang diproduksi tahun 2014 itu. Terlebih karena film yang berlatar belakang di Sungai Ular, Sumatera Barat tersebut telah meraih banyak penghargaan dari festival film.
Beberapa penghargaan yang didapat oleh Joshua Oppenheimer untuk film tersebut di antaranya adalah pemenang film dokumenter terbaik di Busan Film Festival, Pemenang film terbaik di CPH:Dox 2014, dan beberapa penghargaan lainnya dari Venice Film Festival 2014.
Usai menonton film tersebut, Naufal merasa marah dan kesal karena hal penting dalam sejarah Indonesia ditutupi dengan sangat baik. “Kenapa hal seperti itu bisa terpendam begitu lama?”
Hal serupa juga diungkapkan oleh mahasiswi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Dwi Reinjani. Dia merasa masih banyak kebohongan dari kemerdekaan Indonesia selama ini.
“Buat saya, film ini penting. Dan saya harus mengetahui meskipun itu keburukan dari negeri tercinta ini. Tapi setelah nonton film itu, saya yakin masih banyak kebohongan lain dari kemerdekaan negara kita ini,” ungkapnya.
Pemutaran film The Look of Silence (Senyap), dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember.
Selain di IFI Bandung, pemutaran film juga dilakukan dibeberapa tempat lainnya, seperti Kampus Itenas, Sorge Magz, beberapa UKM di Unpad Jatinangor.[]