More

    Memanfaatkan Peluang Besar di Dunia Pertanian

    Tony. Dok. Fauzan
    Tony. Dok. Fauzan

    JEMBER, KabarKampus – Minat anak muda terjun ke dunia pertanian masih tergolong sedikit. Bahkan tak kurang dari 80 persen petani yang ada di Indonesia, berusia lebih dari 50 tahun. Ada banyak alasan kenapa anak muda enggan terjun ke dunia pertanian. Alasan utamanya tentu saja berkaitan dengan ekonomi.

    Namun alasan itu tidak berlaku bagi pemuda berusia 24 tahun yang satu ini. Dalam waktu dua tahun ia berhasil meraup ratusan juta dari dunia pertanian.

    Dialah Tony Aditya, alumnus Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jember. Ia memulai usahanya di bidang pertanian sejak dua tahun lalu. Pemuda asal Jember ini memasarkan beragam produk pertanian yang ada di Jember.

    - Advertisement -

    Salah satu produknya adalah, Edamame yakni jenis kedelai Jepang. Melalui CV Agriball Agriculture yang dipimpinnya, ia memasarkan edamame dari mitra petani dan juga perusahaan pengelola pertanian. Tak hanya memasarkan edamame ke pasar domestik, ia juga memasarkannya hingga ke Jepang dan Kuwait.

    Menurut Tony, harga pasaran edamame berbeda-beda. Tergantung negosiasi dengan pembeli. Seperti saat ia mengekspor edamame ke Jepang. Tony mendapatkan harga 3000 rupiah perkilo. Sementara pada saat ekspor ke Kuwait, ia mendapatkan harga 8000 perkilo.

    “Ketika ke Kuwait sekali ekspedisi bisa mencapai 40 Ton. Dan kami dapat laba 380 Juta,” terang Tony.

    Tony menjelaskan, dalam memasarkan edamame, yang penting adalah menetapkan harga yang bagus untuk ekspor keluar negeri. Artinya ketika ia mendapatkan harga bagus, maka ia bisa membeli harga lebih mahal ke petani.

    Tony menerangkan, Jember merupakan merupakan wilayah wilayah pertanian edamame terluas sekaligus produsen terbesar di Indonesia. Saat ini ada sekitar 300 petani Edamame di Jember. Lokasinya tersebar di beberapa kecamatan di Jember. Bahkan sampai Bondowoso

    “Petani Edamame di Jember ada banyak sekali. Bertani edamame juga tidak begitu berat dan mudah dilakukan. Edamame bisa dipanen setiap 40 hari. Jadi kaum perempuan bisa mengerjakannya,” kata Tony menjelaskan.

    Selain edamame, Tony juga memasarkan daging bebek ke restoran bebek di tepi sawah yang ada di Batam, Palembang, dan di Jogja. Rumah makan bebek di tiga kota tersebut merupakan cabang restoran yang ada di Ubud.

    “Pemasaran daging bebek itu lumaya baru. Jadi perusahan kami berhasil dapet tender dari restoran bebek di tepi sawah di Ubud yang diwaralabakan ke Batam Palembang dan Yogyakarta. Jadi kami memasok ke restoran di tiga kota itu,” terang Tony.

    Tak hanya itu, Tony juga memasarkan merica hingga ke Filipina. Selain itu saat ini ia juga sedang mengembangkan produk turunan dari edamame. Dari mulai edame segar, edamame buat kue dan produk turunan lainnya dari edamame.

    Tony menuturkan, sejak dikenalkan oleh omnya dengan dunia pertanian dua tahun lalu. Tony mengaku keterusan. Ia merasa telah mendapatkan benefit yang cukup besar dari dunia pertanian.

    “Karena jurusan Pertanian sendiri, ngga mau jadi petani. Jadi peluangnya masih besar,” terang Tony.

    Bagi Tony, terjun ke dunia pertanian memiliki peluang yang besar. Hal itu karena petani muda dari total petani nasional hanya ada sekitar 12 persen. “Jadi kalau jadi petani ngga banyak pesaingnya,” tuturnya.

    Selain itu, menurut Tony, para petani juga sebagian besar sudah tua. Kebanyakan dari mereka tidak berpendidikan tinggi. Sehingga mereka masih kesulitan menjual produknya.

    “Di sinilah peluang mungkin peluang temen-temen. Bagaimana bisa menjual hasil pertanian itu,” kata Tony.

    Tony menuturkan, memasarkan produk pertanian tentu memiliki tantangan. Seperti edamame, tantangan terbesarnya yakni untuk pasar lokal, tidak semua orang bisa diberitahu manfaat produk edamame. Bahwa edamame adalah produk sehat.

    “Oleh karena itu membangun sistem ke pasar lokal masih naik turun,” ungkap Tony.

    Selanjutnya, Tony menuturkan, saat ini mimpi besarnya adalah membangun pertanian organik di Jember. Konsepnya adalah membangun pertanian organik yang menggunakan biogas.

    “Jadi di Jember ada pertenakan. Limbahnya bisa dijadikan biogas.  Sisa residu bahan biogas ini bisa jadi pupuk dan campuran pakan untuk ikan,” katanya.

    Dari sana, menurut Tony, persoalan di pertanian bisa dijawab. Petani bisa menggunakan pupuk tanpa membeli. Produk mereka bisa digenjot tiga kali lipat.

    Menurut Tony, mimpinya yang lain adalah membangun agricenter di Jember. Nantinya para petani di Jember bisa menjual hasil pertanian ke sana dan bisa memasarkan langsung ke pembeli besar.

    “Jadi harganya akan lebih menguntungkan. Ini bisa memangkas transaksi yang harus melewati beberapa pintu,” katanya.[]

    .

    - Advertisement -

    1 COMMENT

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here