More

    Publik Inginkan Regenerasi Kepemimpinan Politik

    Dian Permata, peneliti senior FFH. Foto : Fauzan
    Dian Permata, peneliti senior FFH. Foto : Fauzan

    JAKARTA, KabarKampus – Kepemimpinan nasional di Indonesia berkesan hanya itu-itu saja. Kalau tidak Ketua Umum partai politik, maka ketua Dewan Pembina Partai yang mencalonkan diri sebagai presiden. Padahal regenerasi kepemimpinan nasional adalah keniscayaan.

    Dalam riset yang dilakukan Founding Fathers House (FFH), dari waktu ke waktu publik menilai isu regentasi kepemimpinan nasional sangat penting dan penting. Dari hasil riset pada periode November – Desember 2014 menemukan, sebanyak 57,61 persen responden menilai regenerasi kepemimpinan nasional sangat penting.

    Sementara sebanyak 29,81 persen responden menilai penting. Dan sebanyak 2,11 persen responden menilai tidak penting dan sebanyak 52,05 responden mengatakan tidak tahu.

    - Advertisement -

    Dalam penelitian sebelumnya yakni dari periode Januari – Febuari 2014, mereka juga mendapatkan, sebanyak 52,05 persen responden menilai sangat penting. Sebanyak 35,32 persen menilai penting. Dan sebanyak  2,71 persen responden menilai penting dan 3.83 persen mengatakan tidak tahu.

    Dian Permata, Peneliti Senior di FFH mengatakan, tingginya respon publik soal regenerasi kepemimpinan nasional, tidak bisa dilepaskan dari pelajaran pada Pilpres 2004, 2009, dan 2014. Dimana tokoh yang muncul pada saat itu masih dikuasai wajah-wajah lama alias itu-itu saja.

    “Untungnya pada Pilpres 2014 ada sedikit warna berbeda dengan hadirnya Jokow Widodo,” kata Dian, Senin, (05/01/2014).

    Dian menuturkan, hadirnya Jokowi sebagai capres bak oase di peta politik nasional. Karena Jokowi bukanlah sebagai Ketua Umum atau Dewan Pembina partai politik. Dimana sebelumnya wajah Pilres 2004 – 2014 wajah capres dipenuhi oleh Ketua Umum atau Ketua Dewan pembina.

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here