
JAKARTA, KabarKampus – Sudah seharusnya seluruh masyarakat Indonesia terdaftar dalam layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Tak terkecuali mahasiswa. Meski BPJS mahasiswa ditanggung orang tua, masih banyak mahasiswa yang belum terdaftar ke dalam layanan jaminan kesehatan selain. Selain itu mahasiswa juga tak tahu persis manfaat BPJS.
Salah satunya adalah Lulu Magnun, mahasiswa Institut Petanian Bogor (IPB). Lulu mengaku saat ini ia belum terdaftar sebagai anggota BPJS. Ia juga tidak tahu apakah orang tuanya di kampung ikut dalam layanan BPJS.
“Saya belum ikut BPJS. Juga tidak tahu persis mengenai layanan BPJS,” katanya kepada KabarKampus.
Menurut Lulu, selama menjadi mahasiswa di IPB, bila sakit ia akan berobat ke klinik kampus.“Saya Cuma sekali sakit. Waktu itu saya demam dan berobat ke Klinik kampus. Di sana gratis,” ungkap Lulu.
Namun menurut Lulu, dari apa yang ia ketahui BPJS itu penting. Karena memberi jaminan kesehatan kepada masyarakat.
Sementara itu , Anissa Nurjannah, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengatakan, ia tidak tahu singkatan BPJS apa. Namun yang jelas BPJS itu adalah asuransi kesehatan.
“Biasanya yang ngurus begituan bokap. Saya juga sudah ikut asuransi bokap,” kata Anissa yang biasa disapa Ica ini.
Ia menuturkan, selama ini bila ia sakit, ia akan berobat dengan asuransi kantor ayahnya. “Kantor ayah saya punya dokter kantor. Jadi kalau sakit saya ke sana,” ungkap Ica.
Sedangkan Nasir mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) mengaku tidak tertarik mendaftar BPJS. Hal itu karena ia merasa orang harus membayar iuran setiap bulannya dan tidak boleh telat.
“Seharusnya orang ngga mampu biaya kesehatannya ditanggung pemerintah,” ungkapnya.
Menurut Nasir, ikut serta dalam BPJS artinya membayar sesuatu yang belum pasti. Nantinya hanya akan menguntungkan perusahaan BPJS.
Selain itu kata Nasir, saat ini ia masih memiliki KTP Palu. Sementara KTP Palu tidak bisa untuk berobat di sini.
“Saya kalau sakit tidak pernah dibawa ke RS,” katanya.[]