More

    Sekolah Islam di Australia Diterpa Isu Penyelewengan Anggaran Hingga Berhaluan Garis Keras

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Alison Branley
    Sejumlah sekolah Islam ternama di Australia dilanda krisis kepemimpinan menyusul maraknya pemecatan kepala sekolah dan tuduhan penyalahgunaan dana pemerintah, merosotnya standar prestasi akademik serta kekhawatiran sekolah-sekolah Islam itu cenderung menjadi berhaluan garis keras.

    Kondisi ini telah memicu kalangan orang tua murid melakukan aksi unjuk rasa atas tuduhan yang mereka sebut sebagai manajeman yang buruk oleh Dewan Federasi Islam Australia(AFIC), lembaga yang mengelola sekolah-sekolah Islam yang bermasalah tersebut di seluruh Australia.

    Sekolah-sekolah Islam dibawah AFIC setiap tahunnya menerima dana $40 juta atau lebih dari Rp400 miliar per tahun dari anggaran tahunan dan rehabilitasi gedung dari Pemerintah Federal maupun negara bagian.

    - Advertisement -

    Unjuk rasa dari orang tua murid ini terutama disebabkan karena maraknya pemecatan terhadap banyak kepala sekolah yang pada banyak kasus kemudian digantikan oleh orang tua murid yang mengklaim memiliki kualifikasi mengajar yang cukup atau pengalaman.

    Padahal beberapa negara bagian di Australia mensyaratkan kepala sekolah harus merupakan guru yang berkualitas, tetapi aturan ini memang bervariasi.

    Karena kondisi inilah banyak siswa di sekolah-sekolah Islam di Australia yang menjadi korban. Jumlah jumlah murid kelas 12 yang diterima di perguruan tinggi bergengsi menurun signifikan begitu juga dengan pencapaian angka NAPLAN mereka.

    Kepala sekolah diketahui memainkan peran kunci terkait etos dan kepribadian sekolah, dan belakangan muncul kekhawatiran karena kualitas kepala sekolah yang dinilai kurang tepat dan mumpuni, banyak sekolah-sekolah Islam di Australia saat ini dikhawatirkan bergerak ke arah yang salah.

    Mubarak Noor, yang dipecat dari Sekolah Brisbane College setelah lebih dari satu dekade menjabat sebagai kepala sekolah mengatakan dirinya sangat khawatir sekolah Islam di Australia kini banyak merangkul guru-guru agama Islam yang baru tiba di Australia yang terkadang membawa pandangan ekstrim tentang Islam.

    “Kami pernah diminta untuk menerima staf pengajar begitu saja tanpa terlebih dahulu harus melakukan proses pemeriksaan latar belakang mereka dan juga catatan kejahatan mereka,” kata Dr Noor.

    “Padahal mereka tidak terlatih untuk mengajar dan mereka juga tidak memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik,”

    Sebagai tanggapan, sekolah mengatakan kalau iklan perekrutan itu hanya dilakukan diluar negeri karena tidak tersedia tenaga pengajar lokal yang sudah jenuh, dan tidak ada bukti mengenai pandangan ekstrim.

    Kepala sekolah di Sekolah Islam di Australia Selatan mengatakan fokus utama sekolahnya adalah hendak memperbaiki kurikulum Islam. Untuk itu sejumlah siswa di tingkat sekolah menengah atas yang sejak lama memang dipisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan, sekarang ini bahkan tidak lagi diperbolehkan berbagi koridor sekolah yang sama dan siswa yang kedapatan berbicara dengan lawan jenis akan dihukum tegas.

    Unjuk rasa kalangan orang tua dan murid ini juga disebabkan karena ada sejumlah siswa yang dikeluarkan dari sekolah karena terlibat aksi protes dan pemberitahuan itu disampaikan melalui SMS.

    Salah satu siswa yang dikeluarkan adalah Rami Serhan, Ia dituduh mempelopori unjuk rasa siswa di sekolahnya karena dia berusaha mengorganisir murid dan menggelar unjuk rasa damai.

    “Saya dikeluarkan dari sekolah karena masalah kebebasan berekspresi sederhana, saya sangat kecewa,”

    Menanggapi pemberitahuan ini pihak sekolah tidak bersedia menjawab pertanyaan ABC.

    Beberapa sekolah Islam lain di Australia juga tidak luput dari permasalahan. Misalnya Sekolah Islam Melbourne, dimana kepala sekolahnya mengancam akan memulangkan siswa yang datang terlambat sehingga melewatkan kegiatan upacara di pagi hari yang meliputi praktek doa dan membaca Al Qur’an.

    Di New South Wales, perwakilan sekolah Malek Fahd akan disidang pekan depan atas tuduhan penyalahgunaan dana pemerintah senilai $9 juta. seperti diketahui Pemerintah Australia meminta uang itu dikembalikan, namun sekolah menolak dan menganggap hal itu melanggar aturan mengenai pengoperasian dana untuk tujuan komersil dengan mengirim kembali anggaran itu ke Federasi Dewan Islam Australia.

    Mantan kepala sekolah Ray Barrett mengatakan penting dicatat sejak kasus ini terungkan Pemerintah Negara telah meninjau ulang pemberian anggaran untuk sekolah mereka.

    Dan seperti sekolah lainnya yang berada dibawah pengelolaan AFIC, Malek Fahd juga sering bergonta ganti kepala sekolah, tercatat sudah terjadi 5 kali pergantian kepala sekolah dalam tiga tahun.

    Pemerintahan terdahulu oleh Partai Buruh pernah melakukan audit terhadap sekolah-sekolah Islam di Australia dan mendapati ada catatan keuangan yang buruk.

    Sekolah Islam didirikan untuk membantu siswa dengan latar belakang dimana Bahasa Inggris merupakan bahasa kedua mereka.

    Komunitas muslim di Australia berharap prestasi akademik sekolah-sekolah Islam bisa ditingkatkan dan karenanya mereka berharap akan terjadi perubahan pengelolaan sekolah Islam pasca restrukturisasi pengurus AFIC pada 16 Mei mendatang.

    Jika tidak, mereka mendesak pemerintah negara bagian dan federal untuk melakukan intervensi, mengingat sekolah-sekolah islam ini juga sangat menggantungkan diri pada dana pajak warga dan terus dipertanyaan penggunaan pendanaan tersebut.

    Sementara itu, didalam internal AFIC sendiri mengalami ketidakstabilan selama satu dekade terakhir. Karena faksi yang mewakili muslim Fiji-India, Pakistan dan Lebanon berupaya untuk menguasai organisasi itu dimana masing-masing faksi saling meluncurkan klaim dan kontra-klaim.

    AFIC tidak menanggapi pertanyaan ABC. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here