ABC AUSTRALIA NETWORK
Lucy Barbour, Anna Vidot dan Chris Uhlmann
Dokumen yang diperoleh ABC menunjukkan, sebanyak 10 perusahaan pengolahan daging sapi menyatakan ketakutan mereka jika sistem yang berlaku saat ini menyebabkan “kegagalan akses pasar” dan “hilangnya kepercayaan” pada daging sapi Australia di kalangan konsumen negara-negara Muslim.
Para pengusaha pengolahan daging seperti JBS, Teys, NH Foods Australia dan Nolan Meats, bertemu dengan Kementerian Pertanian Australia di Melbourne guna mendiskusikan perlunya perbaikan sistem dan menghendaki agar pemerintah mengevaluasi seluruh proses pemotongan secara halal dan sistem sertifikasinya.
Saat ini, perusahaan pemrosesan daging yang mengekspor produknya ke Timur Tengah, tidak memiliki kendali terhadap siapa yang menerbitkan sertifikat halal di negara bersangkutan.
Kalangan negara Muslim memutusukan sendiri lembaga yang berwenang di negara masing-masing.
Para pengusaha Australia ini mengatakan kondisi seperti itu mendorong terjadinya monopoli, dengan risiko mereka bisa saja kehilangan akses pasar secara tiba-tiba jika lembaga pemberi sertifikasi tidak menyukai negara eksportir daging sapi.
Dikemukakan, terkadang kontainer daging yang sudah siap terpaksa ditunda pengirimannya, dilabeli ulang, atau dialihkan jika pihak pengimpor memutuskan untuk mengalihkan sumber pembelian dagingnya.
Tahun lalu, 65 persen produksi daging sapi di Australia diekspor ke negara-negara seperti Indonesia, Saudi Arabia dan Malaysia.
Metode pemotongan hewan secara halal mensyaratkan hewan itu masih hidup saat dipotong sehingga seluruh darah keluar dari tubuh hewan tersebut.
Sejumlah pihak di Australia gencar mempersoalkan praktek pemotongan hewan secara halal dan sertifikasinya. Perusahaan seperti Nolan Meats menjadi target serangan kampanye anti-halal.
Seorang senator Australia bernama Cory Bernardi dari Partai Liberal bahkan memimpin penyelidikan senat mengenai sertifikasi halal di Australia. []