ABC AUSTRALIA NETWORK
Erwin Renaldi
Harga minyak dunia sudah merosot sebanyak 20 persen menjadi AS$28 per barel. Padahal di pertengahan 2015, harga minyak mentah dunia sempat meroket hingga AS$65. Badan perlindungan konsumen di Australia memastikan penurunan harga ini bisa dinikmati juga oleh semua warga. Sejumlah warga Indonesia di Australia memberikan tanggapan soal penuruan harga bensin ini.
Dewi Walker, pekerja
Dewi Walker, yang sudah tinggal di Australia sejak tahun 2007 lalu mengaku tidak terlalu memerhatikan turunnya harga bensin di Australia.
Harga bensin di Australia terus merosot sejak awal tahun 2016. Hingga saat ini rata-rata harga bensin berada di kisaran $1,20 atau sekitar 11 ribu rupiah per liter. Bahkan dibeberapa stasiun bensin, harga bensin dibawah 1 dolar, atau dibawah Rp 9.500 per liter.
“Saya tidak terlalu memperhatikan harga, karena mobil yang saya kendarai sangat hemat,” ujar Dewi. “Dalam tingga minggu, saya menghabiskan sekitar $40 untuk bensin.”
Meski merasa belum adanya dampaknya dalam pengeluaran bulanannya, Dewi berharap penurunan harga bensin ini juga akan berpengaruh pada harga-harga lainnya.
“Selama ini saya memang berbelanja di pasar tradisional, bukan supermarket, karena mereka punya harga sendiri dan produk-produk yang dijual pun segar dan organik,” ujar Dewi yang bekerja di Yarra Ranges Council ini.
Lulusan Monash University ini menggunakan mobil pribadi karena kebutuhan, meski kota Melbourne memiliki transportasi umum yang cukup terintegrasi.
“Dari rumah ke tempat kerja saya bisa menempuh waktu satu jam, tapi dengan naik mobil hanay 20 menit,” ujarnya.
Bayu Sangka, mahasiswa PhD
Bayu sudah tinggal di Australia selama 3,5 tahun untuk menempuh program studi Doktor di bidang logistic and supply chain di RMIT.
Saat mengetahui harga bensin di sejumlah kawasan di Australia dibawah satu dolar, ia mengaku sangat senang.
“Secara langsung ini akan berdampak pada pengeluaran yang berkurang, tapi secara makro, seperti harga barang-barang, mungkin akan sama saja,” ujar Bayu.
Dalam seminggu biasanya Bayu membutuhkan 30 liter bensin untuk urusan bekerja.
“Sebenarnya jika punya keluarga, lebih irit punya mobil, misalnya untuk jalan-jalan ke pusat kota di akhir pekan,” ujar Bayu.
Harga parkir di pusat kota Melbourne sangatlah mahal, bisa lebih dari $20, lebih dari Rp 200.000 per jam.
“Tetapi di akhir pekan harga parkir ada yang $10 untuk jangka waktu yang lama,” aku Bayu.
“Ini sama saja dengan membeli tiket transportasi umum untuk istri dan anak saya.”
Menurut Bayu, memiliki mobil di Australia memang bisa mahal, terutama untuk perawatan dan STNK.
“Tapi jika dilihat dari kebutuhannya maka akan sama saja, terutama jika ingin ke luar kota, tentu lebih irit jika naik mobil sendiri.”
Rema Melandi, pekerja
Rema harus menempuh hampir satu jam dari rumahnya di kawasan Narree Warren menuju Elwood di negara bagian Victoria.
“Tapi tidak bisa naik kendaraan umum, karena saya berangkat ke kantor setiap hari jam 5 pagi,” kata Rema yang memilih mengendarai mobil pribadi.
“Belum ngeh dengan penurunan harga bensin, sebenarnya memiliki kendaraan pribadi itu mahal dibandingkan kendaraan umum, tetapi secara efisiensi mengendarai kendaraan pribadi lebih menguntungkan,” tambahnya.
Dalam seminggu, Rema mengeluarkan sekitar $80, atau lebih dari Rp 800.000 seminggu untuk bensin.
“Belum ditambah dengan perawatan, mengganti oil dan ban,” kata Rema. “Karena di Australia jika diketahui ban gundul akan diberikan peringatan yang ditempel di mobil dan punya waktu dua minggu untuk menggantinya.”
Selama tinggal di Australia, Rema sudah dua kali menggalami penurunan harga bensin.
“Saya berharapp jika harga barang-barang lain pun akan ikut turun, supaya biaya hidup pun akan turun,” ujar Rema yang sudah menetap di Australia sejak tahun 2007.
Pipit Puspita, ibu rumahtangga
Pipit sudah menyadari penurunan harga bensin di Australia sejak seminggu lalu.
“Terakhir saya mengisi bensin harganya sekitar $1,1,” ujar Pipit kepada Erwin Renaldi dari ABC International.
“Saya sangat senang karena bisa lebih sering membeli bensin. Naik kendaraan umum itu sebenarnya tidak mahal juga, tetapi ini karena efisiensi waktu saja.”
Sejak mengendarai mobil sendiri, Pipit mengaku bisa menghemat waktu hingga 30 menit untuk menuju tempat kerja.
“Kenyamanan naik transportasi umum, seperti kereta, sebenarnya sangat tergantung pada jarak, tapi tentunya lebih nyaman jika kita bandingkan dengan di Indonesia,” kata Pipit.
Pipit juga merasakan dampak penurunan harga bensin, meski harga-harga pangan pokok masih belum terlalu turun.
“Harga beras, sayuran, masih sama… harga minyak goreng pun relatif sama.”
Pipit yang kini sedang mengambil pelatihan Child Care di Coburg, Melbourne mengatakan pada akhirnya pengeluaran akan sama saja.
“Alokasi dana untuk pengeluaran tiket transportasi umum kini bisa dialihkan untuk membeli bensin yang harganya turun,” ujarnya. []