More

    Uber Klaim Untungkan Pengguna di Australia Rp 800 Miliar Per Tahun

    ABC AUSTRALIA NETWORK

    Pada bulan Agustus 2015, sebanyak 1,2 juta layanan UberX digunakan di Melbourne, Sydney, Brisbane dan Perth. (Credit: ABC)
    Pada bulan Agustus 2015, sebanyak 1,2 juta layanan UberX digunakan di Melbourne, Sydney, Brisbane dan Perth. (Credit: ABC)

    Sebuah laporan terbaru menunjukkan, layanan transportasi Uber di Australia memberi keuntungan senilai lebih dari 80 juta dolar (atau setara Rp 800 miliar) per tahun kepada para konsumennya.

    Menurut penelitian ‘Deloitte’ yang didanai oleh Uber, sejak diluncurkan pada bulan April 2014, Uber telah menumbuhkan pasar transportasi via pengemudi pihak ketiga sebesar 61%.

    - Advertisement -

    Uber mengoperasikan sebuah aplikasi yang menghubungkan para pengemudi dengan pengguna, memproses pembayaran dan mengidentifikasi pengemudi yang diberi peringkat oleh konsumen setelah perjalanan usai.

    Pemerintah New South Wales melegalkan Uber pada bulan Desember dan menawarkan paket kompensasi senilai 250 juta dolar (atau setara Rp 2,5 triliun) untuk industri taksi.

    Layanan Uber juga legal di wilayah Canberra, dan Pemerintah Australia Barat-pun mengambil langkah yang sama tahun ini. Queensland dijadwalkan untuk menyelesaikan peninjauan terhadap industri transportasi publik pada bulan Agustus.

    Pada bulan Agustus 2015, sebanyak 1,2 juta layanan UberX digunakan di Melbourne, Sydney, Brisbane dan Perth.

    Laporan, yang berjudul ‘Pengaruh Ekonomi Ride-sharing di Australia’, itu meneliti dampak dari -apa yang digambarkan sebagai- “ekonomi ride-sharing” seperti yang dijalankan Uber.

    Laporan ‘Deloitte Access Economics’ itu memperhitungkan kenaikan jumlah orang yang menggunakan layanan Uber hingga harga yang lebih murah serta waktu tunggu yang lebih pendek.

    Laporan ini mengamati perjalanan UberX pada bulan Agustus 2015 dan menemukan bahwa layanan itu, rata-rata, 20% lebih murah ketimbang tarif taksi, bahkan termasuk tarif “dinamis”-nya (ketika konsumen membayar beberapa kali lipat untuk layanan di jam-jam puncak).

    Laporan itu menyebut, waktu tunggu rata-rata untuk UberX adalah 4,46 menit, dibandingkan dengan 7,79 menit pada taksi.

    John O’Mahony dari Deloitte mengatakan, laporan itu menemukan bahwa 14 juta perjalanan UberX diambil secara tahunan.

    “Ada berbagai manfaat lainnya, yang bisa sulit untuk dihitung, tapi kami sudah menuangkan banyak hal dalam laporan ini. Dari segi keandalan yang lebih besar, ketersediaan layanan, dan partisipasi masyarakat dalam ekonomi ‘sharing’,” ujarnya.

    Direktur Deloitte, Ric Simes, mengatakan: “Dampak dari peluncuran UberX di Australia pada bulan April 2014 menjadi salah satu dari cerita ekonomi ‘sharing’ yang paling menarik.”

    “UberX adalah mengubah dan mengembangkan pasar transportasi titik-ke-titik, menawarkan opsi tambahan bagi konsumen. Sementara UberX hanya menyediakan proporsi jasa yang relatif kecil dibandingkan dengan industri taksi, ia memberikan manfaat yang signifikan bagi para pengguna,” terangnya.

    Taksi beri kontribusi Rp 11,5 trilun pada perekonomian New South Wales (NSW)

    Meski demikian, ketua Dewan Taksi NSW, Roy Wakelin-King, mengatakan, penting untuk menempatkan temuan itu dalam konteks.

    “Saya berpikir bahwa kita benar-benar perlu untuk mengambil langkah mundur dan melihat di mana manfaat nyata dari sektor transportasi titik-ke-titik berasal, dan itu adalah ribuan orang yang memberikan layanan taksi nyata hari demi hari, di seluruh Australia,” pendapatnya.

    Roy menunjuk laporan Deloitte yang didanai oleh Dewan Taksi pada bulan Desember 2013 yang menemukan bahwa sektor ini menyumbang nilai langsung sebesar 963 juta dolar (atau setara Rp 9,63 triliun) pada perekonomian NSW, dan ‘nilai total’ sebesar 1,15 miliar dolar (atau setara Rp 11,5 triliun).

    Ia juga mempertanyakan temuan laporan itu yang menyebut platform Uber mengurangi “beberapa resiko keamanan terkait industri transportasi titik-ke-titik”.

    “Saya tak sepakat dengan pandangan itu. Jika Uber jujur tentang keselamatan, maka mereka akan memiliki kamera di semua mobil mereka,” sebutnya.

    Ia menambahkan, “Saya merasa sulit untuk menerima bahwa mereka benar-benar berkomitmen untuk keselamatan.”

    John mengatakan, sementara layanan ‘ride-sharing’ telah berkembang sangat cepat, laporan Deloitte tersebut tetap mencatat bahwa hal itu masih merupakan minoritas kecil dari sektor keseluruhan.

    “Pada Agustus tahun lalu, hanya 6% dari pasar transportasi titik-ke-titik ada dalam layanan ‘ride-sharing’. Sisanya tentu saja masih taksi, yang masih merupakan fitur penting dari pasar transportasi di Australia,” jelasnya. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here