More

    Aktivis Disabilitas Batal ke Jenewa Karena Ditolak Etihad Airways

    ilustrasi Itihad/ foto : arabiansupplychain.com
    ilustrasi Itihad/ foto : arabiansupplychain.com

    JAKARTA, KabarKampus – Keinginan Dwi Ariyani, aktivis disabilitas mengikuti pelatihan “Convention on the Right of Person with Disabilities” di Jenewa Swiss terpaksa harus kandas. Maskapai Etihad Airways menolak menerbangkannya dengan alasan menggunakan kursi roda.

    Peristiwa itu terjadi pada 4 April 2016 kemarin. Dwi Ariyani yang telah berada di pesawat Etihad Airways, tiba-tiba dihampiri kru pesawat dan dicecar sejumlah pertanyaan. Kemudian ia diminta turun dari pesawat karena tidak ada pendamping.

    “Pimpinan kru menghampiri dan mencecar saya dengan beberapa pertanyaan, yang menurut saya “merendahkan” kelompok disabilitas. Ia misalnya bertanya apa saya bisa evakuasi diri sendiri jika pesawat kecelakaan. Saya bilang, saya butuh bantuan untuk evakuasi,” kata Dwi Ariani seperti yang ia tulis di laman Change.org.

    - Advertisement -

    Tak lama kemudian katanya, datang petugas Airport Operation Officer, Bapak Abrar. Dia kembali menanyakan apakah saya bisa berjalan. Ia jawab ketika itu, kalau dia bisa berjalan dengan pegangan. Lalu katanya, menurut kru kabin, saya harus turun dari pesawat karena tidak ada pendamping.

    “Saya sempat terkejut dengan ucapan tersebut, karena biasanya tidak ada masalah meskipun saya bepergian sendirian. Saya coba jelaskan kepada pimpinan kru kalau ini bukan pertama kalinya saya terbang sendiri. Tapi ia tetap menegaskan saya harus turun dari pesawat karena tidak bisa melakukan evakuasi sendiri,” ungkap Dwi Ariyani.

    Kru Etihad Airways berdalih, kebijakan yang mereka berlakukan terhadap Dwi Ariyani itu ada di peraturan penerbangan Etihad dan seharusnya dapat dibaca oleh calon penumpang. Meskipun, Dwi Ariyani ketika itu menyangkal adanya peraturan tersebut.

    Dalam penelusuran yang dilakukannya pada aturan terbang Etihad Airways tidak ada larangan terbang bagi disabilitas. Bahkan di sana tertulis “US Rule for non-discrimination on the basis of disability” – Peraturan Amerika Serikat untuk non-diskriminasi berdasarkan disabilitas.

    “Saya merasa ini tidak adil! Tapi waktu itu saya tak bisa berbuat apapun selain turun dari pesawat,” jelasnya.

    Bagi Dwi, diskrimanis yang dialaminya adalah sebuah ironi. Karena kehadirannya, bukan hanya sekedar mengikuti pelatihan Convention on the Right of Person with Disabilities yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut. Melainkan,  sebagai trainer yang akan mendiseminasikan ilmunya kembali bagi banyak orang saat di Indonesia.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here