![kereta api cepat](http://kabarkampus.com/wp-content/uploads/2015/10/kereta-api-cepat.jpg)
BANDUNG, KabarKampus – Di Indonesia saat ini tengah gencar-gencarnya membangun perkeretaapian berteknologi tinggi. Diantaranya adalah pembangunan kereta cepat dan Mass Rapid Transit Jakarta (MRT).
Namun di tengah banyaknya pembangunan transportasi massal tersebut, Indonesia masih kekurangan tenaga ahli di bidang perkeretaapian. Khususnya tenaga ahli di bidang Persinyalan, Kontrol, dan Otomasi Perkeretaapiaan.
Ir. AdiSufiadi Yusuf, M. Eng, FIRSE, IPM, Chairman of Institution Of Railway Signal Enggineers (IRSE) Indonesia mengatakan, tenaga ahli persinyalan dan train control perkertaapian di Indonesia masih kalah banyak dibandingkan Malaysia. Padahal negara serumpun dengan Indonesia itu memiliki jalur kereta api yang lebih pendek dari Indonesia.
“Saat ini kami yang bergabung dengan IRSE tidak mencapai seratus orang, hanya ada sekitar 70-80 orang. Kalau dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, mereka anggota IRSE-nya dua kali lipat yaitu mencapat 150 anggota,” kata Adi Sufiadi, dalam peluncuran Program Magister Peminatan Khusus Persinyalan, Kontrol dan Otomasi Perkeretaapian di kampus ITB Bandung, Kamis, (07/03/2016).
Apalagi kata Adi Sufiadi, Indonesia saat ini sedang membangun lintas baru jalur kereta api, seperti Sumatera Utara, Sulawesi, palembang, Bandung, dan Surabaya. Berarti betapa Indonesia masih sangat kekurangan tenaga ahli di bidang perkeretaapian.
“Kita memang tidak bisa mengestimasi berapa tenaga ahli perkeretaapian yang dibutuhkan Indonesia. Indonesia harus menambah dua kali lipat tenaga ahli bidang perkeretaapian. Apalagi Indonesia juga akan mengaktifkan kembali jalur kereta yang tidak aktif, bahkan pembangunan tersebut akan sampai di Papua,” ungkapnya.
Sementara itu Ir. Hendry Senjata Perangin-angin, MT, Kasubdit Fasilitas Operasi Kereta Api, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub mengatakan, perkembangan perkeretaapian di Indonesia memiliki peranan penting bagi dunia transportasi massal di Indonesia. Oleh karena itu perlu kompetensi dan keahlian khusus di bidang perkeretaaapaian.
“Seperti diketahui teknologi persinyalan ini akan terus berkembang. Sebelumnya perkembanganya kontrol pengoperasikan kereta dilakukan di kabin masin, sekarang berkembang tanpa masinis,” kata Ir. Hendry.
Oleh karena itu kata Ir. Hendry, saat ini dibutuhkan SDM yang memiliki kompetensi di bidang teknologi persinyalan dan kontrol ini. Dan hal itu dapat diperoleh melalui jalur pendidikan.
“Jadi saya pikir sudah tepat sekali Dirjen Perkeretaapian Kemenhub kerjasama dengan ITB dalam penyediaan Sumber Daya Manusia yang kompeten di bidang Persinyalan, Kontrol dan Otomasi Perkeretaapian,” katanya.[]