AUSTRALIA PLUS INDONESIA
Natalie Jones
Pemilik lahan tradisional di kawasan Pilbara, Australia Barat meminta perusahaan tambang Rio Tinto untuk mendesain ulang rencana perluasan tambang mereka, menyusul penemuan artefak Aborijin disebuah gua batu yang diperkirakan 40 ribu tahun.
Perusahaan ini secara tidak sengaja menemukan apa yang disebut dengan “lempengan artefak batu dan berbagai benda dari binatang termasuk kulit telur yang melimpah jumlahnya dan jarang sekali ditemukan di Pilbara” pada tahun 2008, ketika mensurvey lokasi sekitar 20 kilometer arah Barat dari Kota Tom Price.
Gua batu berukuran 43 meter persegi yang terdapat di tepi suatu daerah yang telah ditandai akan menjadi kawasan penambangan bijih besi ini merupakan bagian dari proyek perluasan kawasan tambang PT Rio Tinto di Western Turner sinklin senilai $200 juta.
Pada tahun 2014, Departemen Urusan Aborigin Australia Barat memberikan izin bagi Rio Tinto untuk memperluas situs galian mereka yang dipandu oleh beberapa masyarakat dari Guruma Timur.
Setelah diteliti dipastikan artefak berupa batu penghalus dan artefak lainnya itu berusia sekitar 40.000 tahun, atau berasal zaman es terakhir.
Juru bicara Wintawari Guruma Aboriginal Corporation, Tony Bevan mengatakan penemuan ini sangat menggembirakan. “Ini temuan yang amat penting. Tingkat kepentingannya bagi dunia Arkeologi tergolong sangat tinggi,” katanya.
“Situs ini juga tergolong sangat langka bagi kawasan ini dan merupakan salah satu situs bersejarah yang menawarkan kemungkinan atau kemampuan untuk mempelajarai arkeologi pada keseluruhan periode zaman es terakhir.”
Tony Bevan mengatakan situs ini juga berpotensi memberi bukti kalau warga Aborijin sudah menguasai kawasan ini jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya yang menyebutkan waktu sekitar 20 ribu tahun yang lalu.
Laporan yang dikumpulkan oleh konsultan arkeolog menyebutkan situs ini dalam kondisi yang baik dan ada kemungkinan besar untuk melakukan studi lebih lanjut.
“Situs ini memiliki potensi yang langka untuk menjawab berbagai pertanyaan berkaitan dengan kronologis perubahan yang terjadi selama masa zaman es terakhir,” tulis laporan tersebut.
“Situs ini juga memiliki potensi menyediakan informasi baru berkaitan dengan okupasi dan pola mencari makan dan lansekap kebudayaan dari orang-orang Aborijin,”
Rio Tinto pada awal Januari lalu mengirimkan rancangan aplikasi untuk “dampak situs tambang mereka” pada kawasan Guruma Timur, karena potensi getaran dari kegiatan pertambangan dapat mempengaruhi gua batu tersebut.
Bevan mengatakan mengingat nilai dari warisan dunia dari situs itu, para pemilik lahan tradisional telah mengajukan permohonan kepada Rio Tinto untuk menunda operasional tambang mereka tersebut.
“Kami sudah meminta Rio untuk tidak melanjutkan pengajuan permohonan izin melakukan penampangan mereka atau mereka akah merusak situs itu dan mereka telah menyatakan setuju untuk menundanya sambil melihat apakah mereka dapat mendesain ulang rencana tambang mereka,” katanya.
Seorang juru bicara Rio Tinto mengatakan mereka terus mengupayakan cara untuk memenuhi Undang-Undang Warisan Kebudayaan Aborijin di Australia Barat.
“Rio Tinto mengakui situs artefak kuno itu memiliki nilai kepentingan yang tinggi dan kami terus bekerja dengan masyarakat Guruma Timur untuk mengidentifikasi jalur yang tepat di masa depan,” katanya.
“Kami yakin menemukan solusi yang memperhitungkan signifikansi budaya situs dan persyaratan operasional kami.” []