
KUDUS, KabarKampus-“Bagaimana mungkin lulusan kita akan memiliki kompetensi untuk bekerja di dunia abad 21, jika penyelenggaraan pendidikan tinggi masih sama seperti pada abad 19?”
Pertanyaan tersebut mengemuka saat DR. Suparnyo, Rektor Universitas Muria Kudus (UMK) menjadi inspektur upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Kampus UMK, Senin lalu (02/05/2016). Rektor UMK membacakan pokok-pokok pikiran Prof.Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti).
Mengingat persaingan di tingkat nasional dan internasiol semakin sengit, maka penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia harus berubah.
Menurut Prof. Mohamad Nasir, perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan tinggi itu karena kehadiran teknologi informasi, komunikasi dan jaringan, serta kondisi masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat ekonomi yang berbasis pengetahuan.
“Perubahan paradigma itu tidak bisa ditawar lagi.”
Ini demi menjawab tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan. Jika tidak, mahasiswa Indonesia gagap menghadapi persaingan dalam skala nasional dan internasional. Kekhawatiran Menristekdikti beralasan lantaran Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
“Ayo kita kerja secara inovatif dan kompetitif untuk menghasilkan SDM Iptek terampil serta inovasi dan teknologi yang berdaya saing sebagai tujuan utama pendidikan tinggi kita,’’ pesannya.
Guru besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menuturkan, dalam bingkai daya saing ini, tidak bisa menjalankan pendidikan tinggi dengan cara dan kualitas yang telah dilakukan selama ini untuk menjawab tantangan masa depan.
‘’Kualitas yang kita capai kemarin sangat berbeda dengan kualitas yang harus dicapai pada hari esok dalam kecepatan pencapaian yang berbeda pula,’’ kata Prof. Mohamad Nasir. []