AUSTRALIA PLUS
Sebanyak 23 mahasiswa dari berbagai kementerian di Indonesia saat ini sedang berada di Australia guna mengenai pengelolaan dan analisa data. Program selama 4 bulan tersebut diselenggarakan oleh Universitas of South Australia di Adelaide.
“Program yang sedang saya ikuti ini membuka wawasan saya terkait dengan bagaimana mengelola dan menganalisa data sampai kepada memfomulasikan menjadi suatu kebijakan. ” kata Oky Adrian yang merupakan salah satu peserta program “Graduate Certificate in Data Analysis for Policy Evaluation & Formulation” yang saat ini pesertanya sedang berada di Canberra.
“Tentunya pengetahuan yang saya dapat selama mengikuti program ini sangat bermanfaat bagi perbaikan pengeloaan data di institusi saya” tambah Adrian
Dalam rilis yang diterima oleh ABC Australia Plus Indonesia, disebutkan rombongan tersebut sekarang berada di Canberra selama satu minggu untuk mengunjungi berbagai institusi pemerintah.
Program yang dikelola oleh University of South Australia ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan di Australia mengingat pendanaan yang diperoleh univeritas ini merupakan pendanaan dari pemerintah Australia melalui program kompetitif.
Program ini dilaksanakan selama 16 minggu (4 bulan) yang pelaksanaannya dilakukan dalam 2 periode yang masing masing selama 2 bulan di University of South Australia, penugasan di berbagai kementerian di Indonesia dan juga berbagai institusi di Australia.
Program ini untuk meningkatkan pengetahuan dan melihat serta mempelajari langsung best practices dalam menganalisa dan menggunakan data untuk memformulasikan kebijakan dan mengevaluasi suatu kebijakan pemerintah Australia.
Pada saat ini para peserta yang berjumlah 23 orang yang terdiri dari 10 peserta wanita dan 13 peserta pria sudah memasuki periode kedua setelah sebelumnya pada akhir tahun 2015 lalu telah menyelesaikan pelatihan periode pertamanya di Adelaide yang menekankan pada pengembangan kemampuan analitis.
Dalam periode kedua yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan profesional ini, peserta memulai programnya pada tanggal 30 April 2016 lalu dan akan menyelesaikan programnya pada tanggal 25 Juni 2016.
Peserta program ini merupakan peserta dari berbagai kementerian dengan tingkakan manajemen tingkat menengah yang terdiri dari 4 peserta dari BAPPENAS, 6 peserta dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 5 peserta dari Kementerian Agama, 3 peserta dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta 5 peserta dari Kementerian Kesehatan.
Selama mengikuti program ini para peserta akan mengikuti 6 workshop. Disamping itu para peserta akan berada di Canberra selama 1 minggu untuk mengunjungi berbagai institusi baik di tingkat pemerintahan federal, departemen dan organisasi terkait lainnya, seperti Department of Foreign Affairs and Trade, Department of Industry, Department of Education, Department of Health, Australian Research Council, Australian Award, the Australian Centre for Cyber Security serta Infrastructure and Regional Development.
Di Departemen Pendidikan misalnya para peserta akan menganalisa data pendidikan terkait dengan kebijakan pendidikan seperti sekolah, data pendidikan tinggi, data pendidikan vokasi dan yang lainnya.
Sekembalinya dari Canberra, para peserta akan melakukan kunjungan ke berbagai institusi baik di tingkat pemerintah Federal maupun negara bagian yang ada di Adelaide.
Selama proses ini para peserta akan secara rutin bertemu dan mendiskusikan hasil analisasnya dengan pembimbing dan juga bekerja secara individu untuk menyelesaikan proyek nya.
Pada akhir program pada peserta akan menulis dan mempresentasikan proyeknya secara individu
Ketika ditanya kesannya tentang program ini Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ronny R. Noor menyatakan bahwa program ini sangat unik dan menyentuh kebutuhan nyata dalam pengelolaan data yang sangat penting dalam memformulasikan suatu kebijakan.
“Tanpa data yang akurat sangat sulit untuk menghasilkan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran.” kata Prof Ronny Noor.
Prof. Ronny R. Noor menilai bahwa Australia merupakan salah satu negara yang pengelonaan datanya sangat baik dan dapat dijadikan benchmark bagi Indonesia.
“Sebagai contoh Australia memiliki data time series dan real time pendidikan yang terintegrasi dan sangat akurat. Dengan data ini Australia dapat melihat dan menganalisa perkembangan data pendidikannya setiap saat diperlukan untuk memformulasikan kebijakan pendidikan secara tepat guna, terutama yang menyangkut data mahasiswa Internasional.” tambah Prof Ronny lagi.
Sementara itu Dr. Malgozata Korolkiewicz salah satu staf pengajar program dari University of South Australia menyatakan bahwa University of South Australia sangat bangga mendapat kepercayaan dari pemerintah Australia dalam menjalankan program ini karena dapat terlibat secara langsung dalam meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia Indonesia.
Selama berada di Canberra para peserta dan pengelola program berkesempatan betemu dengan Duta Besar RI Canberra Nadjib Riphat Kesoema hari Rabu (18/5/2016).
Dalam pertemuan tersebut Duta Besar menyampaikan bahwa program semacam ini sangat bermanfaat bagi peserta untuk membuka wawasan dengan milihat secara langsung pengeloaan data yang baik di berbagai institusi pemerintahan di Australia dan menganalisa berbagai kebijakan pemerintah Australia.
Pengetahuan yang didapat oleh peserta selama mengikuti program ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan cara pengelolaan data di masing masing insitusi peserta yang berujung pada pembuatan suatu kebijakan. []