Pacific Beat
AUSTRALIA PLUS
Ketegangan terus memanas dikalangan mahasiswa di sejumlah Universitas di Papua Nugini terkait apakah mereka akan melanjutkan aksi boikot mogok kuliah sebagai bentuk protes kepada Perdana Menteri Peter O’Neill.
Di Kota Goroka, Propinsi Dataran Tinggi Timur PNG, sekitar 50 orang mahasiswa dilarikan ke rumah sakit setelah terlibat perkelahian yang dilaporkan melibatkan senjata tajam berupa pisau, ketapel dan panah.
Reporter NBC, Antonia Mission kepada ABC mengatakan ketegangan antar mahasiswa ini telah memanas sejak pekan lalu, namun baru meletus menjadi “pertarungan brutal” kemarin.
“Situasi memanas ketika ada ketidaksepakatan yang memicu kemarahan antara mereka yang ingin melanjutkan kuliah dan mereka yang masih ingin melanjutkan boikot,” katanya, Ia menambahkan perselisihan pecah di sepanjang garis provinsi.
“Mahasiswa di Simbu dan Timur Highlands ingin melanjutkan sekolah mereka.”
“Mereka mengatakan mereka jumlah mahasiswa yang ikut melakukan mogok kuliah sudah cukup dan mahasiswa tahun ke-4 mengatakan Mereka ingin pulang untuk melakukan praktek mengajar. Mereka ingin terjun ke lapangan dan bekerja.”
Para mahasiswa dari provinsi Enga, katanya, ingin melanjutkan boikot.
Dia mengatakan, banyak mahasiswa yang mengalami luka serius dalam keributan itu.
“Otoritas Manajemen Rumah Sakit Provinsi Goroka dan Timur Highlands harus menghentikan loket pendaftaran di rumah sakit dari masyarakat umum selama empat jam untuk bisa berkonsentrasi merawat mahasiswa yang terluka yang dilarikan ke Unit Gawat Darurat,” katanya.
Aksi unjuk rasa mahasiswa terhadap pemerintahan O’Neill dimulai pada awal Mei di Universitas Papua Nugini dan Universitas Teknologi Lae, dimana mahasiswa mendesak Perdana Menteri untuk mundur dan menjawab tuduhan korupsi.
Mision mengatakan protes ini berawal di Universitas Papua Nugini dan Universitas Teknologi Lae yang kemudian menyebar ke Universitas Goroka bulan lalu.
“Saya menghadiri forum di Universitas Goroka empat minggu yang lalu [di mana] mahasiswa dari UPNG dan Unitech datang,” katanya.
“Mereka memberitahu mahasiswa Goroka tentang alasa mereka menggelar aksi unjuk rasa dan tentang isu-isu yang timbul di Papua Nugini.
“Setelah acara itu, Mahasiswa dari Universitas Goroka berkumpul dan Mereka memutuskan ingin bergabung dengan rekan universitas mereka lainnya dengan melakukan aksi mogok kuliah.”
Mission mengatakan aksi unjuk rasa ini dihentikan sementara oleh mahasiswa untuk melakukan massa berkabung selama dua minggu untuk menghormati kematian seorang profesor di universitas itu.
Pembicaraan kemudian diadakan kembali pada Hari Kamis tentang apakah mereka akan melanjutkan protes atau kembali ke kelas, dan pertemuan ini kemudian memicu perselisihan tersebut.
“Dewan Perwakilan Mahasiswa mengumpulkan para siswa untuk berbicara dengan mereka apakah akan melanjutkan aksi mogok kuliah dan saat itulah salah satu siswa dari Dataran Tinggi Timur, seorang mahasiswa tahun keempat, angkat bicara.
“Dia bilang dia mewakili mayoritas mahasiswa yang tidak menyuarakan aspirasinya dan ingin melanjutkan kuliah,… dan saat itulah argumen dimulai.”
Mission mengatakan ketegangan terus berlanjut selama akhir pekan sampai meletus kemarin.
Pekan lalu, polisi menembaki protes mahasiswa di ibukota, Port Moresby, dan melukai sedikitnya 17 orang. PM Peter O’Neill sendiri telah berulang kali mengatakan dirinya tidak akan mengundurkan diri. []