AUSTRALIA PLUS INDONESIA
Stephanie Smail
Studi tentang hiu macan di Great Barrier Reef selama satu dekade telah menemukan bahwa hewan predator ini lebih memilih makanan yang mudah untuk mengintai mangsanya.
Penelitian ini melibatkan ilmuwan dari Universitas James Cook, dan Institut Ilmu Maritim dan Biopixel Australia.
Peneliti Richard Fitzpatrick, dari Biopixel dan Universitas James Cook, mengatakan bahwa penelitian ini telah memberi para ilmuwan wawasan pertama di dunia tentang kebiasaan makan hiu macan.
“Hiu pada dasarnya malas. Mereka mengambil pilihan termudah,” sebut Richard Fitzpatrick.
Studi ini mengungkap, Pulau Raine yang terpencil di Queensland, yang merupakan tempat bertelur penyu hijau terbesar di dunia, menjadi pilihan tempat makan hiu macan.
Antara Oktober dan April, ribuan penyu bertelur di pulau kecil ini, tetapi hal ini merupakan aktivitas yang melelahkan dan sekitar dua penyu dewasa meninggal setiap harinya.
( Baca juga : Peneliti Gunakan Drone Untuk Selamatkan Habitat Penyu di Queensland )
Richard mengatakan, hal itu menimbulkan bangkai mengambang yang memicu migrasi hiu macan.
“Bangkai penyu benar-benar menimbulkan tumpahan besar minyak di permukaan laut. Jadi hiu macan rela berenang cukup jauh dan melahap bangkai beraroma busuk itu,” jelas Richard Fitzpatrick.
Richard mengatakan, hiu menghadapi risiko cedera ketika menyerang penyu hidup.
“Penyu memiliki sirip yang kuat dan sulit untuk menaklukkan mereka. Hiu belajar untuk bermigrasi ke Pulau Raine untuk pesta makan yang mudah,” ungkapnya.
Tim peneliti juga termasuk ilmuwan dari departemen lingkungan Queensland, Universitas Exeter dan Universitas Miami.
Mereka menghabiskan bertahun-tahun melacak hewan predator ini, memasang perangkat satelit di sirip hiu macan dan cangkang penyu untuk memantau di mana dan kapan binatang ini muncul.
Richard mengatakan, hiu berenang dari jauh seperti dari Papua Nugini dan tepat di seberang Laut Coral (karang) untuk mendapatkan santapan penyu yang berbau menyengat.
“Kami sedang berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana seluruh ekosistem di luar sana bekerja sehingga kami bisa membantu melindunginya,” tuturnya.
Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal ‘Behavioral Ecology’ dan ‘Sociobiology’. []