More

    Wajah 88 Tahun Sumpah Pemuda

    Penulis: Rachmad P. Panjaitan, Ketua PP FMN 

    “Indahnya dunia ini jika Pemuda masih tahu Perjuangan – Novel Larasati PAT”

    Rachmad P Panjaitan, Ketua FMN
    Rachmad P Panjaitan, Ketua FMN

    Sejarah perjuangan rakyat di seluruh dunia, tidak pernah terlepas dari peran pemuda dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Jiwa militansi, patriotism, demokratis menjadi lokomotif penggerak pemuda dalam setiap agenda-agenda perubahan sosial di muka bumi ini. Keberanian, mobilitas tinggi dan mencintai perubahan adalah karakteristik pemuda di seluruh dunia.

    Maka tak heran bila Pramoedya Ananta Toer dalam Novel Larasati mengatakan “Alangkah indahnya dunia jika pemuda masih tahu perjuangan”. Karena memang perjuangan telah menjadi darah yang mengalir di dalam tubuh dan jiwa pemuda. Alhasil, pemuda dilabeli sebagai pelopor perjuangan di seluruh penjuru negeri. Sebuah kebanggaan menjadi Pemuda.

    - Advertisement -

    Sangat banyak para martir perubahan dari kalangan pemuda tercipta. Kita mengenal martir-martir atau segudang aktivis dari kalangan pemuda yang mempunyai ide dan praktek maju untuk perubahan di Indonesia. Sebut saja HOS Tjokroaminoto, Soekarno, Soetomo, Kartini dan banyak lagi yang menghiasi nama-nama besar di kalangan pemuda[1].

    HOS Tjokroaminoto adalah satu penggagas pergerakan kebangkitan Indonesia yang membentuk organisasi Serikat Islam. Ia dianggap mempunyai kontribusi bagi lahirnya pejuang-pejuang ideolog muda Indonesia. Demikian juga Soekarno, sosok pemuda nasionalis yang secara konsisten melawan kolonialisme dan imperialisme. Semenjak masa kuliah, dirinya telah aktif mendirikan Kelompok studi Algemeene Studie Club (ASC) dan PNI sebagai alat perjuangannya menghapuskan penjajahan.

    Peranan-peranan besar dari kalangan pemuda di dunia termasuk di Indonesia ini adalah keniscayaan atas perjuangan melawan segala bentuk penghisapan dan penindasan yang dialami massa rakyat.

    Deklarasi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 telah membuktikan semangat pemuda untuk melawan penjajahan Kolonial Belanda demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia sepenuhnya. Lahirnya sumpah pemuda, tidak terlepas dari situasi konkrit rakyat Indonesia saat itu.  Rakyat ketika itu dibelenggu kolonial Belanda dengan penghisapan dan penindasan yang begitu hebat, baik penghisapan melalui perampasan hak-hak dasar secara universal maupun personal.

    Perampasan seluruh sumber daya alam sebagai sumber penghidupannya, keterhisapan tenaga akibat paksaan kerja (Sistem tanam Paksa) dengan siksaan-siksaan secara fisik yang dialami selama ratusan tahun di bawah kekuasaan kolonial belanda, membuat tempaan setiap hari yang terakumulasi terus-menerus hingga melahirkan semangat perlawanan yang kuat bagi seluruh rakyat Indonesia dalam mengobarkan semangat perjuangan pembebasan nasional dari jajahan kolonial.

    Kongres Pemuda adalah kongres nasional yang diadakan sebanyak dua kali di Jakarta (Batavia) di masa Kolonial Belanda. Kongres Pemuda I diadakan tahun 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai semangat persatuan pemuda serta kegiatan pemuda segi sosial, ekonomi, dan budaya. Kongres tersebut diikuti oleh organisasi pemuda saat itu seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Betawi, dan sebagainya. Kemudian disepakati untuk mengadakan kongres yang kedua.

    28 10 2013 aksi teaterikal sumpah pemudaKongres Pemuda II diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 yang menghasilkan keputusan penting yang disebut sebagai Sumpah Pemuda.  Isi sumpah pemuda dalam ejaan van ophuysen;

    Pertama:
    Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
    Kedoea:
    Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
    Ketiga:
    Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

    Selain itu pada kongres tersebut Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman juga ditetapkan sebagai lagu kebangsaan.

    Cerita Sumpah Pemuda ke-88 Tahun

    Di dalam Buku pedoman Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-88 tahun  yang diterbitkan pemerintah Jokowi-JK melalui Kemenpora, mengangkat tema “Pemuda Indonesia Menantap Dunia”. Menurut pemerintah ada tiga pembenahan yang harus dikapitalisasi generasi muda untuk mewujudkan mimpi Indonesia.

    Pertama, diperlukan generasi muda memiki kualitas, integritas yang tinggi. Kedua, kapasitas kemampuan dan intelektual yang mumpuni, dan Ketiga, Karakter kepemimpinan yang peduli dan professional.

    Tema yang dipilih tentu menjadi representatif arah kebijakan pemerintahan Jokowi-JK dibidang Pemuda. Maka kita coba akan mengulas korelasi tema hari Sumpah Pemuda ke-88 tahun dengan kondisi objektif pemuda Indonesia.

    Pertama, tema Hari Sumpah Pemuda sebagai arah kebijakan Jokowi-JK di bidang Pemuda, sama sekali belum merepresentatifkan gagasan untuk pemecahan persoalan pemuda atas rendahnya akses pendidikan dan lapangan kerja.

    Sesuai UU Kepemudaan, ditetapkan usia Pemuda Indonesia diantara 16-30 Tahun. Jumlah Pemuda di Indonesia sangatlah besar, sekitar 65 juta atau 25% dari total penduduk pada 2016. Tugas Negara untuk memajukan pemuda sebagai aset untuk membangun Indonesia yang mandiri, berdaulat tentu harus dipenuhinya unsur pokok yakni pendidikan dan memberikan lapangan kerja. Namun hingga saat ini, rakyat Indonesia yang lulus dari Perguruan tinggi masih mencapai 5-10%.  Factor utama rendahnya akses pendidikan disebabkan mahalnya biaya yang diakibatkan privatisasi, komersialisasi dan liberalisasi di dunia pendidikan. Selain itu, juga dipengaruhi rendahnya sarana prasana infrastuktur pendidikan khususnya di pedesaan. Hal tersebut berimplikasi pada angka putus sekolah bagi pemuda pelajar dan sulitnya lagi pemuda mengecap bangku kuliah. Sekitar 1 juta dari 17 Juta usia pemuda 16-18 tahun di Indonesia, tidak mengecap SMA/SMK/Sederajat (Sumber: UNICEF 2015). Sementara yang mampu melanjut ke perguruan tinggi baik PTN/PTS per tahun rata-rata hanya 500.000 mahasiswa per tahun dari 2 juta lulusan SMA/SMK/Sederajat.

    Persoalan lain di kalangan pemuda adalah rendahnya akses pemuda atas lapangan kerja yang layak. Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2015 menapak 7,56 juta orang. Angka ini setara dengan 6,18 persen dari total 122,4 juta orang angkatan kerja. Dari 7,56 pengangguran terbuka di Indonesia, sekitar 40% datang dari kalangan pemuda. Bertambah ironinya, pengangguran berasal dari lulusan perguruan tinggi sangat banyak mencapai 600.000. Dan kita meyakini di tengah krisis ekonomi yang memukul perekonomian bangsa ini melemah, tentu angka-angka pengangguran di rakyat termasuk di kalangan pemuda lebih banyak lagi dan cenderung meningkat.

    Kedua, Pemuda Indonesia Menatap dunia menegaskan Pemuda sebagai objek  kebijakan Pasar (Neoliberalisasi) Jokowi-JK. Pemuda Indonesia menatap dunia merupakan wujud arah kebijakan Jokowi-JK yang mengintegrasikan seluruh kekayaan alam dan masyarakatnya untuk kepentingan dunia yang hakekatnya adalah kepentingan asing. Hal ini yang kita liat bagaimana surplus ekonomi Indonesia hanya dinikmati perusahaan asing dan komprador semata.

    Kualitas, integritas, kemampuan, intelektualitas dan kepimpinan yang diharapkan pemerintah adalah untuk menciptakan pemuda-pemuda Indonesia baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, buruh, tani semata-mata mengabdikan tenaga dan pikirannya untuk melayani kepentingan korporasi-korporasi besar termasuk kepentingan imperialisme/asing di Indonesia yang merampas seluruh kekayaan alam Indonesia. Pemuda diminta untuk “ramah” kepada investor-investor asing. Esensinya Pemuda didorong untuk kehilangan semangat memperjuangkan kemandirian, kedaulatan sebagai bangsa dan negara yang merdeka. Selain itu, Pemuda akan dihadapkan dengan skema politik upah murah oleh pemerintahan Jokowi-JK di dunia kerja.

    28 10 2013 scooter sumpah pemudaIroninya untuk meningkatkan pendapat negara bukan pajak dari remitansi pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, Jokowi-JK akan mengirimkan tenaga-tenaga kerja terdidik lulusan perguruan tinggi ke luar negeri. Kebijakan ini dijelaskan di dalam Roadmap 2017 ketenagakerjaan RI. Demikian di dalam perjanjian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang telah berjalan, dimana tenaga kerja terdidik Indonesia akan dikirim ke kawasan Asean.  Hal itu tentu akan mengurangi rasa nasionalisme untuk bekerja dan membangun negeri Indonesia, sebab bekerja untuk membangun negeri bukan lagi orientasi pemuda. Ilmu pengetahuan dan tekonologi yang dimiliki pemuda dan mahasiswa tidak berguna dan hanya sebatas menjadi syarat untuk bekerja di perusahaan-perusahaan korporasi besar/asing baik dalam negeri maupun dikirim ke luar negeri. Sederhananya, Pemuda Indonesia Menatap Dunia hakekatnya adalah ketertundukan pemuda pada asing.

    Jokowi-JK menjauhkan semangat Hari Sumpah Pemuda akan persatuan dan perjuangannya menghapuskan kolonialisasi

    Siapa bilang penjajahan di dunia sudah lenyap? jika itu menjadi keyakinan kita, maka alangkah tidak adilnya kita berpikir dalam menilai kehancuran tatanan sosial atas agresi AS dan sekutunya di kawasan Timur Tengah. Begitu tidak adilnya kita melihat Palestina yang terus-menerus dibombardir oleh Israel yang dibekingi imperialisme AS.  Atau tidak adilnya kita melihat kekayaan alam Indonesia yang ada di darat, laut yang dikuasai oleh kepentingan asing terutama imperialisme AS. Bentuk penjajahan baru diterapkan diberbagai negeri berkembang. Dengan kuasa modal/capital internasional (investasi, utang) negara maju sangat mendikte seluruh kebijakan di negara berkembang. Contohnya; kebijakan privatisasi, liberalisasi dan deregulasi di sektor ekonomi adalah ciri khas Negara-negara kapitalisme yang coba diterapkan di Negara berkembang termasuk Indonesia.

    Ilustrasi
    Ilustrasi

    Lalu semangat Sumpah Pemuda adalah persatuan dalam kebangkitan nasional untuk memperjuangkan penghapusan kolonialisasi di Indonesia. Maka seharusnya semangat sumpah pemuda harus ditujukan untuk persatuan akan perjuangan agar memajukan demokrasi dan penegakan HAM di Indonesia. Namun, pemerintahan Jokowi-JK telah menjauhkan semangat Sumpah Pemuda dan terus berusaha untuk memoderasi dan memerosotkan kesadaran pemuda agar tunduk pada bentuk-bentuk penjajahan baru (Neo-kolonialisme) yang dilancarkan Imperialisme di tanah air.

    Revolusi Mental tidak mampu memajukan kesadaraan pemuda

    Revolusi mental yang menjadi program kerja Jokowi-JK di bidang pendidikan, terbukti tidak mampu memajukan kesadaraan pemuda yang kritis, ilmiah dan mengabdi kepada rakyat. Revolusi mental mengalami kegagalan baik di program pendidikan maupun di dalam program kebudayaannya secara umum. Ilmu pengetahuan, seni sastra, masih berorientasi anti realitas dan komersil. Lagu-lagu dan film dewasa malah semakin membuat demoralisasi di kalangan pemuda. Jokowi-JK masih tetap mempertahankan kebudayaan terbelakang di sektor pemuda Indonesia. Budaya individualis, liberal, pragmatis, anti sosial dan kolektif, masih dirawat oleh Jokowi-JK di dalam kehidupan pemuda.

    Buruknya lagi pemerintahan Jokowi-JK terus melancarkan serangan fasisme di kalangan pemuda yang mencoba  mendidik dirinya di dalam organisasi-organisasi kampus. Teror, intimidasi, pembubaran, kekerasan hingga hukuman Skorsing-DO menjadi ancaman bagi pemuda mahasiswa yang kritis dan berorganisasi. Hal inilah menunjukkan pemerintahan Jokowi-JK semakin kehilangan arah untuk memaknai hari Sumpah Pemuda. Sebab Sumpah Pemuda mustahil bisa diselenggarakan pada 28 Oktober 1928 tanpa kepeloporan organisasi-organisasi pemuda dan rakyat.

    Bangkitlah Pemuda Indonesia

    Pemuda tidak akan pernah tidur melihat kondisi yang kurang baik. Pemuda akan senantiasa ambil bagian aktif dalam agenda-agenda perubahan di Indonesia. Pemuda juga tidak akan pernah menyerah dalam setiap perkembangan zaman. Sebab pemuda adalah pelopor yang akan konsisten pada cita-cita kemerdekaan yaitu mencapai masyarakat Indonesia mandiri dan berdaulat  serta sejahtera.[]

    [1] S.J. Reutgers. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Penerbit Ombak, Yogyakarta 2010.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here